Bisnis.com, PADANG—Industri perbankan Sumatra Barat sepanjang tahun lalu mengalami tekanan, dengan hanya membukukan pertumbuhan 7,22% lebih rendah dari pencapaian tahun 2015 yang masih mencatatkan pertumbuhan di kisaran 9%.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Perwakilan Sumbar Indra Yuheri menyebutkan tekanan sepanjang tahun lalu berasal dari pelemahan ekonomi global dan melemahnya harga komoditas dalam negeri.
“Tahun lalu berat, karena tekanan ekonomi global juga melemahnya harga komoditas pertanian. Harapan kami tahun ini lebih baik,” ujarnya, Senin (13/2/2017).
Dia mengungkapkan sepanjang tahun lalu aset perbankan Sumbar hanya tumbuh 7,22% dari Rp55,38 triliun menjadi Rp59,38 triliun.
Sedangkan penyaluran kredit tumbuh 7,6% dari Rp42,46 triliun menjadi Rp45,68 triliun, dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) hanya tumbuh tipis 5,78% menjadi Rp36,31 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp34,33 triliun.
Sementara itu, untuk penyaluran kredit ke sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) bahkan hanya tumbuh 2,86% menjadi Rp14,03 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp13,64 triliun.
Rendahnya pertumbuhan kredit UMKM itu, salah satunya disebabkan tidak diberikannya pagu penyaluran KUR kepada perbankan milik pemda yakni Bank Nagari selama tiga kuartal pertama tahun lalu.
Padahal sebelumnya Bank Nagari menjadi bank utama penyalur kredit usaha rakyat (KUR) di daerah itu bersama BRI, BNI dan Bank Mandiri.
Bank milik pemda Sumbar tersebut, baru mendapatkan pagu KUR dengan subsidi bunga dari pemerintah sebesar Rp100 miliar pada September 2016 untuk pembiayaan di sektor pertanian dan perkebunan, peternakan, dan perikanan.
Selain itu, perbankan memang mengerem laju penyaluran kredit ke sektor UMKM mengingat naiknya rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan/NPL sektor itu yang mencapai 7,41% per Oktober tahun lalu.
Adapun, secara keseluruhan NPL perbankan daerah itu masih terjaga pada level di bawah 5% atau sebesar 2,94%, dengan rasio intermediasi atau loan to deposit ratio/LDR bank umum 127,24% dan LDR BPR sebesar 89,61%.
Indra meyakini mulai pulihnya ekonomi dalam negeri akan mendorong peningkatan pembiayaan perbankan ke sektor UMKM di Sumbar. Apalagi pertumbuhan ekonomi daerah itu tahun ini dipreksi 5,3% - 5,7% di atas pertumbuhan tahun lalu yang hanya 5,26%.
Dia menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini bisa menyentuh 12%, mengingat mulai membaiknya ekonomi dan sejumlah kebijakan yang dilakukan pemerintah.
“Lebih optimistis tahun ini. Kami perkirakan untuk kredit bisa tumbuh 10% - 12%, jauh lebih baik dari tahun 2016,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel