Aneka Tambang (ANTM) Klaim Jadi Produsen Feronikel Berbiaya Rendah di Dunia

Bisnis.com,28 Feb 2017, 09:15 WIB
Penulis: Riendy Astria
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA— PT Aneka Tambang Persero Tbk. (ANTM) mengklaim menjadi salah satu produsen feronikel berbiaya rendah di dunia dengan capaian biaya tunai unaudited sebesar US$3,39 per pon pada  2016.

Hal tersebut menandakan terjadinya penurunan biaya tunai sebesar 21% pada 2016 jika dibandingkan biaya tunai feronikel tahun 2015 sebesar US$4,31 per pon.

Seiring dengan tren peningkatan harga nikel dunia, yang turut didorong oleh ditutupnya beberapa tambang nikel di Filipina, perseroan optimistis untuk dapat meningkatkan marjin keuntungan dari bisnis nikel di tahun 2017.

Adapun, outlook positif bisnis nikel Antam di 2017 juga disebabkan adanya peningkatan target produksi sebesar 19% menjadi 24.100 ton nikel dalam feronikel (TNi) dari realisasi produksi 2016 sebesar 20.293 TNi.

Direktur Utama Antam Tedy Badrujaman mengatakan cash cost komoditas utama Antam, yakni feronikel, tetap kompetitif di 2016. Pada 2016, unaudited cash cost feronikel Antam mencapai US$3,39 per pon.

“Angka ini jauh lebih rendah dari rata-rata cash cost produsen feronikel dunia yang mencapai US$4,82 per pon berdasarkan studi baru-baru ini oleh Wood Mackenzie dan menempatkan Antam sebagai produsen feronikel berbiaya terendah kedua di dunia,” katanya dalam keterbukaan informasi, Selasa (28/2/2017).

Menurutnya, melalui efisiensi berkelanjutan serta beroperasinya PLTU batubara Pomalaa, cash cost feronikel akan semakin dapat diturunkan dan meningkatkan profitabilitas. Sepanjang 2016, Antam mencatat realisasi efisiensi sebesar Rp48,7 miliar atau 134% dari target efisiensi sebesar Rp36,4 miliar. Pada tahun 2016 capaian efisiensi terbesar berasal dari Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara yang mencatat nilai efisiensi sebesar Rp18 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bunga Citra Arum Nursyifani
Terkini