Pidato Trump Kuatkan Harga Logam

Bisnis.com,01 Mar 2017, 18:42 WIB
Penulis: Hafiyyan

Bisnis.com, JAKARTA--Harga logam mendapatkan angin segar setelah Donald Trump berjanji menggelontorkan belanja infrastruktur sebesar US$1 triliun dalam pidato perdananya ke parlemen.

Pada penutupan perdagangan Selasa (28/2), harga logam dasar di bursa London Metal Exchange mayoritas mengalami penguatan. Timah mengalami pertumbuhan harian tertinggi, yakni 1,42% menjadi US$19.225 per ton, kemudian diikuti aluminium yang naik 1,26% menuju US$1.924 per ton.

Nikel menjadi satu-satunya logam yang merosot, yakni 0,59% menjadi US$10.980 per ton. Sementara komoditas lain seperti tembaga, seng, dan timbal turut menghijau.

Ric Spooner, chief market analyst CMC Markets Asia Pacific, menyampaikan harga logam mendapatkan sentimen positif dari pidato perdana Trump di depan kongres pada Selasa (28/2) malam waktu setempat atau Rabu (1/3) pagi WIB. Sang Presiden mengulangi lagi janjinya semasa kampanye, yakni menggelontorkan belanja infrastruktur sebesar US$1 triliun.

Pasar juga bersikap realistis karena tidak mengharapkan terlalu banyak detail penjelasan belanja tersebut. Setidaknya, Trump menegaskan keseriusannya dalam bidang pembangunan infrastruktur.

"Pasar realistis karena tidak berharap penjelasan detail [dalam pidato], tetapi ada penegasan dari janji Trump saat kampanye," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (1/3/2017).

Secara umum, fundamental logam masih positif dengan proyeksi permintaan yang solid dari China. Para produsen pun masih menahan diri dalam melakukan penambangan baru.

Andri Hardianto, analis Asia Trade Point Futures, menuturkan pidato Trump yang menjanjikan alokasi belanja infrastruktur dalam jumlah besar jelas menjadi katalis positif bagi komoditas logam. Namun, sentimen ini hanya akan berdampak sesaat.

"Karena memang pidato ini merupakan sentimen yang dinantikan. Untuk pekan depan, harga akan kembali kepada sentimen fundamental masing-masing," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com

Sentimen China menjadi salah satu faktor penting terhadap harga logam. Negeri panda memang sedang menahan produksi komoditas utamanya untuk mendapatkan harga di tingkat global yang lebih baik dan mengurangi pencemaran lingkungan. Selain itu, sejumlah logam yang dimurnikan mengalami kenaikan pajak ekspor.

Dari sisi permintaan, China sebagai konsumen terbesar di dunia masih akan meningkatkan permintaan. Di tingkat global, permintaan dari sektor industri khususnya elektronik dan otomotif bakal bertumbuh.

"Komoditas industri masih memiliki ruang untuk menguat dengan fundamental yang positif," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini