Inilah Sosok di Balik Busana Para Dewa di Film Hollywood

Bisnis.com,04 Mar 2017, 13:13 WIB
Penulis: Nindya Aldila
Gods of Egypt/independent.co.uk

Bisnis.com, JAKARTA - Tak terbayangkan bagi seorang Liz Keogh Palmer untuk terjun ke dunia desain kostum. Upayanya telah membawanya untuk terlibat secara langsung dalam beberapa blockbuster Hollywood seperti Dark City, I Robot, dan yang terbaru Gods of Egypt pada 2016 . 

Coretan gambar untuk berbagai macam busana para dewa ini bahkan masuk ke dalam nominasi Australian Academy of Cinema and Television Arts dan Australian Production Designer Guild.

Sejak remaja, memang dia tidak tertarik dengan dunia fashion kecantikan, melainkan imajinasinya terhadap karakter fantasi membuatnya meninggalkan bangku sekolah umum untuk masuk ke sekolah desain.

“Desainer fashion berada dalam lingkaran bisnis. Mereka mendesain busana yang menarik untuk publik. Sementara, desainer kostum menciptakan penampilan bagi suatu karakter untuk membantu sang aktor memainkan perannya,” ujarnya saat berbincang dengan sejumlah wartawan di Jakarta, belum lama ini.

Liz menerapkan teknologi modern guna menghasilkan beberapa desain yang lebih rumit, memakai alat pencetak digital dan 3D, bersama dengan mesin pemotong laser. 

Baginya, Gods of Egypt meninggalkan kesan begitu dalam karena dengan latar belakang kolosal, film ini membutuhkan ratusan kostum yang dipakai oleh berbagai karakter yang dibuat dengan cara-cara yang tricky.

Liz begitu tertarik menggunakan teknik cetakan tersebut untuk menciptakan sosok Horus saat menjelma ke dalam bentuk ‘dewa’-nya yang berbentuk ksatria dengan kepala elang dengan warna emas di sekujur tubuh.

Mesin pencetak akan merusak mahkota rancangan Liz, maka dia menggunakan teknologi pencetak tiga dimensi yang dibuat tahap demi tahap. Menghabiskan waktu sekitar 16 jam. Kendati demikian, Liz tetap berupaya membuat aksesori yang nyaman bagi para aktor, agar tidak menimbulkan rasa lelah dan pusing.

Inspirasi bisa datang dari mana saja, begitu pula yang terjadi dengan Liz. Dia mendapat banyak inspirasi dari aplikasi Pinterest. Dia juga mendapat banyak inspirasi dari buku-buku yang dipajang di museum di Kairo.

“Saya mencari inspirasi untuk mencari tekstur, warna. Contohnya saja untuk karakter Thoth. Yang saya visualisasikan sangat berlawanan dengan karakter asli dari Chadwick Boseman. Inspirasi itu datang dari lukisan dengan latar belakang warna hijau dengan cincin emas,” ujarnya.

Setiap karakter dalam film tersebut muncul berdasarkan legenda Mesir kuno, di mana setiap dewa mewakili fenomena alam dan sosial terntentu. Namun, dia mengakui kostum-kostum tersebut murni berdasarkan imajinasinya karena sutrada film, Alex Proyas tidak menginginkan busana Mesir tradisional karena tidak cukup mewakili konsep fantasi.

“Alex berusaha percaya pada saya. Dia mampu menggambarkan apa yang dia inginkan dengan baik. Dia bilang, kita akan membangun dunia yang baru yang jauh dari galaksi, bukan Mesir kuno. Jadi dia ingin mengeksplor fantasi sejauh mungkin tanpa terlihat bodoh,” katanya.

Cukup singkat, hanya sekitar tiga pekan waktu yang dibutuhkan Liz dalam menyusun sekitar 10 desain untuk semua karakter hingga mencetaknya menjadi barang jadi.

Liz bahkan hadir di setiap kegiatan pengambilan gambar untuk memastikan kostum yang dia buat sesuai dengan apa yang telah dia gambarkan sebelumnya, dan turut membantu dalam memakaikan jubah para tokoh.

Namun, lucunya, karakter favoit Liz justru bukan datang dari para dewa, tapi justru karakter antagonis yang diperankan oleh Rufus Seweel sebagai Urshu, seorang arsitektur kepercayaan Raja Seth.

“Kostumnya sangat menarik karena dibuat sesuai dengan sifat-sifat arsitek. Dialognya sangat linier, jadi dia sangat monokromatik dan seorang pemecah sandi yang kreatif,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini