Gapki : Harga dan Permintaan CPO Kian Menguat

Bisnis.com,17 Mar 2017, 20:42 WIB
Penulis: Wike Dita Herlinda

Bisnis.com, JAKARTA—Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) melaporkan harga CPO di pasar global terus bergeliat dan animo pembelian minyak sawit juga masih tetap tinggi sepanjang awal 2017 ini.

 

Kinerja ekspor minyak sawit Indonesia (CPO dan turunan, PKO dan turunan, Oleochemical dan Biodiesel) masih mencatatkan kenaikan 2% dibandingkan dengan ekspor pada Desember 2016, atau dari 2,78 juta ton terkerek menjadi 2,84 juta ton.

 

Sebaliknya kinerja produksi minyak sawit menurun cukup signifikan yaitu 9%, atau dari 3,15 juta ton pada Desember 2016 turun menjadi 2,86 juta ton pada Januari 2017. Penurunan produksi hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

 

“Ekspor yang meningkat dan produksi yang turun tidak serta merta menggerus stok minyak sawit di Indonesia,” papar Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan dalam laporan yang dilansir Jumat (17/3/2017).

 

Awal 2017, Gapki telah mengeluarkan data dimana stok minyak sawit Indonesia pada Desember 2016 diperkirakan hanya sekitar 1.07 juta ton dan produksi minyak sawit sekitar 34.5 juta ton (31,5 juta ton CPO dan 3 juta ton CPOK).

 

Pada kesempatan ini, GAPKI memberikan revisi terkait dengan stok dan produksi minyak sawit Indonesia berdasarkan pengumpulan data dan survei di lapangan dari pihak-pihak yang terpercaya selama dua bulan terakhir bekerja sama dengan asosiasi terkait (GIMNI, APROBI, AIMMI, APOLIN dan BPDPKS).

 

Hasil tabulasi data menunjukkan bahwa stok minyak sawit Indonesia pada akhir tahun 2016 adalah 3,75 juta ton. Produksi minyak sawit sebesar 35,57 juta ton (32,52 juta ton CPO dan 3,05 CPKO).

 

Stok fisik di lapangan cukup banyak meskipun produksi tidak tinggi karena “carry forward” stok akhir 2015 yang memang sangat melimpah. Sepanjang Januari 2017, stok minyak sawit Indonesia tercatat sebanyak 2,86 juta ton.

 

Sementara itu, kinerja ekspor CPO dan turunannya asal Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan ke India dan negara-negara Afrika. India membukukan kenaikan sebesar 30% dibandingkan dengan Desember 2016 atau dari 519,94 ribu ton naik menjadi 676,17 juta ton pada Januari 2017.

 

Negara-negara Afrika mencatatkan kenaikan sebesar 88% atau dari 110,46 ribu ton pada Desember 2016 meningkat menjadi 207,98 ribu ton pada Januari 2017. Kenaikan ekspor juga dicatatkan oleh negara-negara Eropa sebesar 15%, Bangladesh 8% dan Pakistan 6%.

 

Sebaliknya penurunan permintaan yang cukup signifikan dibukukan oleh China. Ekspor minyak sawit Indonesia ke Negeri Tirai Bambu ini turun sebesar 48% atau dari 612,21 ribu ton pada Desember 2016 turun menjadi 316,75 ribu ton pada Januari 2017.

 

“Penurunan permintaan dari China karena China sedang menggenjot pembelian kedelai untuk mengisi stok di dalam negeri dan mengambil kesempatan sebelum harga kedelai yang akan terus naik karena perkiraan penurunan panen kedelai di Argentina akibat cuaca buruk.”

 

Penurunan permintaan minyak sawit dari Indonesia juga dicatatkan oleh negera-negara Timur Tengah sebesar 29%, diikuti Amerika Serikat 21%.

 

Dari sisi harga, sepanjang Januari 2017 harga rata-rata CPO global bergerak di kisaran US$785 – US$827,50 per metrik ton dengan harga rata-rata US$ 805,7 per metric ton.

 

Pada dua pekan pertama harga asih tetap positif di kisaran US$ 790 – US$ 820 per metrik ton dan mulai tergerus pada minggu ketiga hingga akhir bulan harga bergerak di bawah US$ 750 per metrik ton.

 

Penguatan harga pada Januari karena adanya sentimen pasar yang khawatir stok minyak sawit Indonesia dan Malaysia yang menipis.

 

Harga CPO pada dua pekan pertama Maret bergerak di kisaran US$ 722.5 – US$ 765 per metrik ton. Gapki memperkirakan sampai pada akhir bulan harga CPO global akan bergerak di kisaran US$ 720 – US$ 750 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini