Defisit Perdagangan dengan China Harus Diwaspadai

Bisnis.com,30 Mar 2017, 21:00 WIB
Penulis: Annisa Margrit

Bisnis.com, JAKARTA—Indonesia mesti mewaspadai melebarnya defisit neraca dagang dengan China seiring dengan berjalannya kebijakan ekonomi AS.

Direktur Penelitian Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan kebijakan proteksionisme AS akan membuat ekspor China ke negara itu menyusut, mengingat selama ini 18% produksi Negeri Panda ditujukan ke AS.

Kondisi tersebut dapat membuat China mengalihkan produk-produknya ke Indonesia, yang saat ini porsinya baru 2% dari total ekspor negara itu.

Jika hal itu terjadi, defisit neraca dagang Indonesia dengan China diperkirakan bakal makin melebar. “Ada kecenderungan demikian [kebijakan ekonomi AS membuat kecenderungan defisit Indonesia dengan China makin besar],” ungkap dia kepada Bisnis, Kamis (30/3).

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), pada 2016 defisit dengan China tercatat sebesar US$14,01 miliar atau turun 2,43% dari tahun sebelumnya yang senilai US$14,36 miliar.

Faisal menerangkan kecenderungan naiknya defisit adalah karena volume impor baja dan produk baja dari China mengalami pertumbuhan sejalan dengan gencarnya pembangunan infrastruktur di Tanah Air. Sementara, ekspor dari Indonesia mengalami penurunan lantaran industri dalam negeri China memperlambat aktivitasnya.

Peningkatan daya saing disebut sebagai satu-satunya jalan untuk menekan defisit. “Daya saing industri dalam negeri harus sesegera mungkin diperbaiki,” tegas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini