Pelemahan IHSG 31 Maret Murni Profit Taking

Bisnis.com,31 Mar 2017, 20:42 WIB
Penulis: Hafiyyan
Karyawan mengamati pergerakan indeks harga saham gabungan di salah satu kantor sekuritas di Jakarta./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA--Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat (31/3/2017) dinilai akibat aksi profit taking investor setelah indeks sempat menembus level 5.600.

Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Capital, menyampaikan stabilitas rupiah sepanjang kuartal I/2017 menunjukkan kondisi makro ekonomi domestik yang kuat, sehingga menumbuhkan optimisme investor di pasar modal. Hal ini terbukti sepanjang tahun berjalan atau selama kuartal I/2017, rupiah menghijau 1,12%.

Pada penutupan perdagangan Jumat (31/3) mata uang Garuda melesu 6 poin atau 0,05% menjadi Rp13.322 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran Rp13.316 – Rp13.328 per dolar AS. Kurs tengah dipatok Rp13.321 per dolar AS.

"Meski suku bunga The Fed sempat naik pada pertengahan Maret, terbukti rupiah sangat stabil dan cenderung menguat. Confident pasar cukup besar," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Jumat (31/3/2017).

Di samping itu, laju inflasi di Tanah Air cukup terkendali dan capital inflow terus mengalir masuk. Sentimen positif inilah yang membayangi IHSG sehingga kerap menembus level tertinggi baru.

Seperti yang terjadi pada Jumat (31/3) pagi, indeks untuk pertama kalinya berhasil menembus level psikologis baru, yakni 5.600. Namun demikian, harga yang terlalu tinggi membuat investor melakukan aksi profit taking.

Pada penutupan perdagangan Jumat (31/3), IHSG merosot 0,44% atau 24,84 poin menuju 5.568,1 setelah bergerak di dalam rentang 5.568,1--5.606.02. Harga ini merosot dari level tertinggi sepanjang sejarah pada penutupan Kamis (30/3) di posisi 5.592,95.

Kendati merosot di babak akhir, dalam sepekan IHSG menghijau tipis 0,02% atau 26,7 poin. Adapun sepanjang tahun berjalan atau kuartal I/2017, indeks meningkat 5,12% atau 271,39 poin, dan memberikan return ke-7 terbesar di antara bursa sedunia.

Sementara itu, investor asing membukukan aksi jual bersih senilai Rp269,29 miliar, setelah 17 sesi sebelumnya mencatatkan net buy. Capaian itu membuat perolehan net buy sepanjang 2017 menipis menjadi Rp8,34 triliun atau US$626,02 miliar.

"Perdagangan indeks hari ini memang murni terkena aksi profit taking, setelah tembus level psikologis baru," ujar Alfred.

Menurutnya, pada pekan depan atau jangka pendek, ruang penguatan IHSG cukup terbatas, sedangkan pergerakan ke bawah lebih lebar. Sentimen utama yang ditunggu pasar ialah rilis data inflasi.

"Kecuali ada data kejutan, misalnya S&P memberikan investment grade, pergerakan IHSG cenderung konsolidasi terbatas."

Sementara dalam jangka panjang, dengan menguatnya ekonomi domestik dan mengalir masuknya capital inflow, IHSG pada 2017 berpeluang mencapai level 6.000. Stabilnya faktor internal akan menanggulangi sentimen-sentimen negatif eksternal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini