Pentingnya Persiapkan Pekerja di Era Digital

Bisnis.com,11 Apr 2017, 20:38 WIB
Penulis: Agne Yasa
Logo Microsoft/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Studi “Asia Workspace 2020" dari Microsoft yang dirilis Selasa (11/4/2017), mengemukakan sebanyak 85% responden dari Indonesia menganggap dirinya merupakan pekerja mobile dan menghabiskan setidaknya 20% waktu mereka di luar kantor untuk bekerja.

Namun, hanya 58% merasa dipersiapkan oleh budaya organisasi dan manajer mereka untuk dapat bekerja sama secara produktif dan kolaboratif.

Studi tersebut juga mengungkapkan hanya 38% responden setuju bahwa kepemimpinan organisasi mereka berkomitmen untuk memastikan setiap karyawan termasuk dalam rencana untuk meningkatkan kemampuan digital di lingkungan kerja.

Studi yang melibatkan 4.200 karyawan profesional dari 14 negara di Asia ini berusaha untuk memahami pergeseran perilaku karyawan dan kesenjangan di tempat kerja ketika dihadapkan dengan produktivitas, kolaborasi dan praktek fleksibilitas kerja (flexy-work). Studi ini juga melibatkan 312 responden dari Indonesia.

Versi awal dari Studi yang dilakukan tahun 2015 menemukan bahwa 59 dari 100 responden di Indonesia siap untuk memasuki “New World of Work”, di mana organisasi telah memiliki Sumber Daya Manusia, Tempat dan prinsip-prinsip Teknologi yang tepat di tempat kerja untuk menciptakan tenaga kerja yang produktif, kolaboratif dan inovatif.

Tahun ini, 63 dari 100 responden merasakan hal yang demikian sehingga menunjukkan bahwa organisasi di Indonesia telah melengkapi prinsip-prinsip “New World of Work”. Tapi di luar faktor Sumber Daya Manusia, Tempat dan Teknologi, munculnya revolusi industri ke-4 juga mempercepat laju transformasi.

Studi Microsoft Asia Digital Transformation terbaru yang dilakukan pada akhir 2016 menemukan bahwa 'Memberdayakan Karyawan’ adalah prioritas nomor satu transformasi digital pada kalangan pemimpin bisnis Indonesia. Di sisi lain, memiliki tenaga kerja terampil digital adalah salah satu dari dua hambatan dalam transformasi digital mereka.

Dari temuan ini, terlihat tenaga kerja profesional mobile di Asia sedang menjalani proses flexy-work saat ini, dan organisasi harus melihat praktek-praktek tempat kerja baru, terutama dengan masuknya karyawan yang melek digital(lahir setelah tahun 2000) memasuki dunia kerja untuk pertama kalinya.

Lebih dari separuh responden (62%) menghargai integrasi pekerjaan dan gaya hidupdi mana batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi telah menjadi kabur, namun di sisi lain telah memungkinkan para profesional yang mobile untuk dapat berkolaborasi dan bekerja secara virtual.

Studi juga menemukan bahwa organisasi perlu mengatasi beberapa tantangan struktural di tempat kerja untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi era digital, serta praktik flexy-work.

Pergeseran tempat kerja tidak diragukan lagi telah menimbulkan cara-cara baru untuk bekerja, di mana teknologi telah memungkinkan peningkatan kerjasama antara individu dan tim di tempat yang berbeda. Namun, studi ini menemukan bahwa ada kesenjangan tertentu pada saat ini yang menghambat kolaborasi dan hasil produktif dari tim.

Chief Operating Officer Microsoft Indonesia Davina Yeo mengatakan perubahan sifat pada pekerjaan, bagaimana karyawan berkolaborasi dan bekerja sama akan berpengaruh ke depannya.

Hal tersebut menjadi penting bagi pemimpin bisnis dan pemimpin SDM untuk mencari cara untuk memberdayakan individu dengan lebih baik lagi dan menghilangkan hambatan untuk berkolaborasi pada era digital.

"Terutama ketika studi ini jelas mengidentifikasi celah-celah yang dapat diminimalisir dengan teknologi. Namun, juga penting bagi organisasi untuk menjembatani kesenjangan antara kepemimpinan dan karyawan dengan lebih berfokus pada orangorang dan budaya,” ujar Davina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini
'