Indonesia-AS Berunding Soal Hubungan Dagang yang Adil

Bisnis.com,20 Apr 2017, 14:30 WIB
Penulis: Irene Agustine
Wakil Presiden Jusuf Kalla./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat siap melanjutkan perundingan strategic partnership utamanya di bidang ekonomi untuk peningkatan hubungan kerja sama dua negara yang lebih adil.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan hal tersebut disepakati dalam pertemuan bilateral dengan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence, di Istana Wakil Presiden, Kamis (20/4/2017).

Kalla menjelaskan konsep America First yang digagas pemerintahan Presiden Donald Trump lebih menitikberatkan pada keseimbangan perdagangan dan investasi antar dua negara  atau hubungan yang bersifat bilateral.

Apalagi, Indonesia bukanlah anggota dari kerja sama multilateral Trans Pacific Partnership (TPP) dan AS juga telah menyatakan keluar dari keanggotaan itu. 

Kalla menjelaskan bahwa dialog kerja sama saling menguntungkan antarnegara tersebut diinginkan segera dilaksanakan dalam waktu dekat. "Mereka lebih inginkan hubungan bersifat bilaeral, tidak bersifat multilateral seperti TPP. Kita akan segera untuk merundingkan starategic partnership khususnya dibidang ekonomi dengan AS," katanya, di Kantor Wakil Presiden, Kamis (20/4/2017).

Wapres mengatakan Menteri Luar Negeri dan duta besar kedua negara akan segera menginisiasikan pertemuan itu.

Adapun, Wapres juga mengatakan hambatan-hambatan perdagangan juga akan dibahas dalam inisiasi itu. "Kita mengekspor palm oil ke AS, sedikit ada masalah saya kita kemukakan masalahnya. Jangan ada pihak-pihak yang ingin menganggap kita dumping soal-soal itu," jelasnya.

Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri, AS merupakan mitra dagang Indonesia terbesar ke-4 dan merupakan investor terbesar ke-7 yang menanamkan modalnya di Indonesia sejauh ini.

Tahun lalu, nilai perdagangan dua negara mencapai US$23,4 miliar. Dari nilai itu, Indonesia memang mengalami surplus perdagangan sebesar US$8,8 miliar. Sementara itu, nilai investasi AS tahun lalu mencapai US$1,16 miliar dengan total 540 proyek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Stefanus Arief Setiaji
Terkini