Insiden Kimia Di Suriah, Rusia dan AS Akan Investigasi

Bisnis.com,22 Apr 2017, 06:15 WIB
Penulis: Martin Sihombing
Seorang pria membopong jasad seorang anak diduga korban serangan gas kimia di kota Khan Sheikhoun, Idlib, Suriah, yang dikuasai kelompok pemberontak (4/4/2017)./Reuters-Ammar Abdullah

Bisnis.com, MOSKOW -  Rusia dan Amerika Serikat, Jumat (21/4/2017), sepakat untuk mempelajari kemungkinan pengaturan investigasi obyektif terhadap insiden kimia di Provinsi Idlib, Suriah, kata Kementerian Luar Negeri Rusia.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Menlu Amerika Serikat Rex Tillerson membahas masalah itu saat keduanya mengadakan pembicaraan melalui saluran telepon, ungkap kementerian dalam suatu pernyataan.

Dalam pembicaraan telepon, Lavrov menyatakan bahwa Rusia menyayangkan penolakan Washington terhadap prakarsa negaranya pada Organisasi Pencegahan Senjata Kimia (OPCW) soal pengiriman penyelidik ke Suriah. Pengiriman ditujukan untuk memeriksa dugaan penggunaan gas sarin serta keberadaan bahan-bahan berbahaya di pangkalan udara Suriah, Shayrat, menurut pernyataan itu.

"Kedua mitra [Menlu Rusia dan Menlu AS] sepakat untuk mengeluarkan perintah agar sekali lagi dipelajari kemungkinan (pembentukan) investigasi obyektif terkait insiden tersebut di bawah pengawasan OPCW," demikian bunyi pernyataan.

Ada dugaan penggunaan gas sarin serta keberadaan bahan-bahan berbahaya di pangkalan udara Suriah, Shayrat,

OPCW (Organization for the Prohibition of Chemical Weapons) pada Kamis menyelenggarakan pertemuan untuk melakukan pemungutan suara terhadap usul yang diajukan oleh Rusia dan Iran menyangkut pembentukan segera investigasi penuh terhadap serangan kimia pada 4 April.

Menurut delegasi Inggris pada pertemuan OPCW, dewan eksekutif organisasi itu telah mencapai kesepakatan untuk menolak proposal yang ditawarkan Rusia dan Iran.

Selain membahas berbagai masalah bilateral, Lavrov dan Tillerson juga menyepakati permulaan dini pelaksanaan kelompok kerja bersama pada tingkat wakil menteri luar negeri. Kelompok kerja itu akan berupaya mencari cara untuk menghilangkan berbagai aspek yang mengganggu hubungan bilateral, menurut pernyataan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini