Bisnis.com, JAKARTA – PT Reasuransi Maipark Indonesia dan International Finance Corporation (IFC), dengan didukung Pemerintah Kanada, menyepakati program pengembangan produk asuransi untuk mendukung ketahanan pangan dengan nilai investasi mencapai US $750.000.
Senior Financial Sector Specialist, Finance & Markets – Global Practice, IFC Vijayasekar Kalavakonda menjelaskan program ini merupakan yang kedua dilaksanakan kedua institusi tersebut. Pada tahun lalu, jelasnya, pihaknya bersama PT Reasuransi Maipark Indonesia mulai mengembangkan program asuransi berbasis indeks untuk risiko gempa bumi.
“IFC akan mengalokasikan dukungan investasi senilai US $750.000. Program ini akan berjalan selama tiga tahun, hingga 2020,” ungkapnya di sela-sela seremoni penandatanganan, Kamis (27/4/2017).
Vijayasekar menjelaskan pengembangan program asuransi ini penting untuk mendorong penetrasi industri asuransi di Indonesia. Potensi bisnis asuransi untuk sektor agribisnis pun terbilang sangat besar.
Dia mencontohkan perolehan premi dari sektor tersebut di sejumlah negara, seperti China dan India, meningkat pesat dalam waktu singkat. Pasalnya, jelas dia, mitigasi risiko agribisnis menjadi hal krusial di tengah percepatan perubahan iklim yang terjadi saat ini.
Indonesia, sambung dia, juga sangat rentan terhadap berbagai risiko akibat perubahan iklim, seperti kekeringan, banjir, tanah longsor, dan naiknya permukaan air laut. Antara 2015 dengan 2016, Vijayasekar mengatakan EL Nino bahkan menyebabkan penunaan siklus panen padi yang berdampak pada imbal hasil dan harga pangan.
Beberapa sektor agribisnis terkena dampak parah bahkan melaporkan penurunan hasil panen hampir 30% akibat kekeringan. “Mitigasi risiko dengan asuransi untuk agribisnis ini sangat penting. Kami percaya kerja sama akan menghasilkan produk inovatif untuk mendukung ketahanan pangan.”
President Director PT Reasuransi Maipark Indonesia Yasril Y. Rasyid menjelaskan dengan dukungan IFC pihaknya akan bekerjasama dengan asuransi lokal dalam mengembangkan, menjual dan kemungkinan mengemas produk baru untuk mitigasi risiko cuaca. Dia mengatakan pada tahun ini pihaknya baru akan melakukan kajian terkait jenis komoditas dan skema proteksi yang akan disiapkan dalam program ini.
Yang pasti, jelas dia, program ini akan menyasar komoditas dan segmen yang berbeda dari program asuransi usaha tani padi atau AUTP yang diinisiasi Otoritas Jasa Keuangan dan Kementerian Pertanian.
“Butuh waktu yang panjang untuk menyiapkan produk, pemasaran, kapasitas sumber daya, dan pasar sendiri agar program ini berkembang pesar. Kami akan mulai itu secara bertahap,” jelasnya.
Adapun, proyek ini merupakan program agribisnis IFC di Indonesia yang didanai oleh pemerintah Kanada.
Direktur Program Indonesia dan Asean, Kedutaan Besar Kanada, Sharon Amstrong mengatakan pihaknya mendukung kemitraan ini untuk mendorong peningkatan ketahanan pangan. “Ini program yang menarik untuk ketahanan pangan dan juga untuk mendorong isu perubahan iklim,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel