Bunga Pinjaman BRI Turun? Ini Kata Direktur Konsumer

Bisnis.com,12 Mei 2017, 19:46 WIB
Penulis: Ropesta Sitorus
Ilustrasi aktivitas pelayanan Bank BRI/Antara-A. Jarot Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menyatakan bunga pinjaman di berbagai segmen, terutama segmen konsumer, masih memiliki peluang untuk kembali diturunkan.

"Kalau nanti ada sinyal-sinyal penurunan bunga pinjaman, ya kami akan segera menyesuaikan dengan kondisi pasar," kata Direktur Konsumer BRI Sis Apik Wijayanto saat ditemui di Jakarta, Jumat (12/5/2017).

Sis Apik menjelaskan saat ini suku bunga kredit konsumer yang diberikan bank pelat merah tersebut berkisar dari 8,75% hingga 13%. Variasinya ditentukan oleh program promosi dan jangka waktu pinjaman.

Dia menjelaskan, salah satu tantangan perbankan dalam menurunkan bunga kredit adalah kondisi likuiditas. Menurutnya, saat ini dana di masyarakat cenderung lebih mengering.

Oleh karena itu strategi yang dilakukan BRI adalah meningkatkan porsi dana murahnya (current account and saving account/CASA) menjadi 59% pada tahun ini dari total dana pihakketiga (DPK). Peningkatan porsi dana murah akan menurunkan biaya dana sehingga memungkinkan menekan bunga kredit.

"Ada potensi penurunan. Sambil menunggu kondisi penurunan suku bunga pinjaman, kami berusaha memangkas cost of fund dengan meningkatkan CASA," tuturnya.

Dalam kesempatan terpisah sebelumnya, Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk. Lani Darmawan juga menyatakan hal senada. Perseroan terus mendorong biaya dana atau cost of fund untuk terus turun sehingga bunga kredit bisa ditekan semakin rendah. Sampai kuartal pertama kemarin, rasio dana murah atau current account saving account(CASA) CIMB Niaga berkisar 54,8%.

“Salah satu strategi kami adalah dengan mendorong porsi dana murah lebih tinggi lagi sehingga biaya dana pun cenderung turun,” sebutnya.

Dalam setahun terakhir, CIMB Niaga sudah menurunkan tingkat bunga kredit pemilikan rumah (KPR) hingga sekitar 200 bps. “Untuk KPR, tingkat bunga kami sudah di bawah 10%, tetapi potensi penurunan bunga kredit pun bukan hanya pada ritel konsumer, tetapi juga korporasi,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi mengatakan, faktor likuiditas dapat menjadi penghambat laju penurunan bunga pinjaman.

Apalagi, pada kuartal II/2017, likuiditas berpotensi mengetat seiring mulai menggeliatnya kredit menjelang Idul Fitri. Dengan begitu, bunga simpanan justru akan berpeluang meningkat seiring akan terjadi perebutan dana pihak ketiga (DPK) jelang momentum Idul Fitri.

Oleh karena itu, dia memprediksi tingkat penurunan bunga kredit pada tahun ini tidak akan sebesar tahun lalu. “Alasannya, suku bunga kebijakan BI, 7 days repo rate, cenderung stagnan pada tahun ini,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini