HARKITNAS: Perangi Hoax, Sejarah Harus Diluruskan

Bisnis.com,21 Mei 2017, 16:23 WIB
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Hoax/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Dalam rangka Hari Kebangkitan Nasional, Komunitas Berbeda Itu Biasa mengadakan diskusi di kampus Unika Atma Jaya Jakarta dengan tema “Peran Pemuda dan Kebangkitan Nasional di Era Digital”.

Seminar dimaksudkan untuk meluruskan sejarah Indonesia dan menghalau isu anti-pluralisme di Indonesia.

Acara tersebut menghadirkan tiga pembicara utama yaitu Andina Dwifatma - Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya Jakarta, Bonnie Triyana – Sejarawan dan Pemimpin Redaksi Majalah Historia, dan Siti Desiree Nasfhia – Campaign Support Manager Kitabisa.com.

Bonnie Triyana mengatakan, Hari Kebangkitan Nasional lahir saat Indonesia sedang merumuskan identitasnya dan berhadapan dengan masalah perang gagasan dan ideologi.

Lahirnya Boedi Oetomo, menjadi panduan lahirnya kebangunan nasional atau kebangkitan sebagai bangsa. Sejarah ini berlanjut sampai ke Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

“Dalam sejarahnya, media massa sebenarnya memiliki peluang untuk menurunkan tensi politik,” ujar Bonnie, melalui siaran pers yang diterima Bisnis, Minggu (21/5/2017).

Bonnie mengakui bahwa sampai saat ini perang sejenis masih terjadi di Indonesia dengan pola yang berbeda dan situasi yang berbeda.

Namun dia menegaskan banyak pihak yang memperkuat gagasan dengan memutarbalikkan sejarah dan menjadikannya legitimasi untuk dipercaya orang. Di sinilah tantangan kaum muda untuk tidak melupakan sejarah.

“Orang-orang itu bisa saja mengemas sejarah sesuai dengan kebutuhannya, sehingga melegitimasi sejarah itu menjadi sebuah kebenaran. Orang yang tidak mengetahuinya, akan mudah percaya,”ungkap Bonnie.

Sementara itu Andina Dwifatma mengatakan media massa, dalam hal ini social media menjadi corong untuk menyebarluaskan HOAX. Dia pun mengimbau kepada generasi muda yang tercatat sebagai pengguna terbanyak dan teraktif social media untuk menghadang isu-isu yang memecah belah persatuan dan menimbulkan konflik.

“Sudah saatnya jangan menjadi silent majority, harus bersuara, karena kalian inilah yang paling banyak menggunakan social media, dan kita juga yang bertugas melakukan edukasi, harmonisasi,” kata Andina.

Siti Desiree menambahkan kegiatan menyebarkan gagasna pluralism di Indonesia harus berkembang semakin kuat dan banyak. Tujuannya agar anak muda Indonesia lebih banyak berkreasi secara positif ketimbang terlibat pada hal-hal negatif.

“Kebangkitan Nasional dimaknai dengan ayo dong anak-anak muda bangkit, kita berlomba melakukan hal-hal yang baik, bangkit, bangun, buat karya-karya terbaik,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini