EDUKASI DUIT: Kekuasaan Uang Adalah Interaksi, Bukan Kebebasan

Bisnis.com,01 Jun 2017, 09:07 WIB
Penulis: News Editor
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Ada satu pemahaman di masyarakat yang mengatakan 90% masalah hidup adalah berkaitan dengan uang.  Tapi kenapa, tidak banyak yang bisa menjelaskan secara terbuka mengenai hal itu. 

Memahami uang itu mengingatkan saya kepada pepatah orangtua zaman dulu, 35 tahun lalu. Orang tua saya bilang bahwa ilmu pengetahuan itu lebih berharga dibandingkan dengan uang. Namun, dari pengalaman saya bekerja di perusahaan selama 25 tahun, masalah utamanya ya sama, uang. 

Bagaimana mestinya kita memahami uang dan cara meraihnya dengan penuh hormat? 

1. Uang bagi awam disebut sebagai kebutuhan, sama halnya kebutuhan pokok seperti beras, pangan, sandang. Sembilan bahan pokok alias sembako. Bayangkan, kalau tidak ada beras, tentu kita merasa lapar.  Tapi dengan pendidikan, kita bisa berpikir uang itu kekuasaan.  Nah ini sedikit menguak misteri.  

Contohnya, Anda tentu pernah memberi uang kepada anak Anda. Tapi, saya yakin uang yang diberikan kepada anak itu tidak serta merta. Kadang ada syarat yang harus dipenuhi sang anak untuk mendapat uang, atau kita mengajarkan bagaimana cara mendapat uang.

Pernah dengar kan, seorang ibu yang sudah menua usianya dituntut anak bungsunya gara-gara dia membangun gedung di atas tanah atas nama  ibunya.  Gara-gara itu, bank menolak agunan dia. 

Alih-alih dia berbakti kepada orang tua malah dia menuntut ibunya ke pengadilan.  Pesannya apa? Uang adalah kekuasaan untuk itu tidak bisa diberikan serta merta. 

2. Karena uang dan kekuasaan, diberikan bersama kontrol kendali tanggung jawab.  Ada kisah anak yang ingin mandiri bebas dari peranan orang tua,  dan satu lagi ingin dibantu peranan orang tua. 

Coba tebak siapakah yang diberi bantuan modal?  Ya tentu yang kedua.  Jadi akses kepada sumber keuangan, sumber kekuasaan, adalah ikatan interaksi.  Bukan kebebasan.  

Tuhan mengajarkan kita untuk taat.  Ya taat, bukan bebas.  Tidak cukup itu,  diwajibkan tunduk,  bersujud.  Itu supaya kita menjadi manusia terikat kepada Tuhan.  Jadi ini merupakan bekal hidup kepada kita bahwa menerima kekuasaan,  keuangan pun ada syaratnya.  Ikatan interaksi dengan orangtua,  kepada atasan,  kepada pemerintah,  dll.

3. Ibarat kita akad kredit bank,  ditanya ya pasti collateral,  jaminan.  Hidup juga begitu.  Saya belakangan baru menyadari bahwa jabatan diberikan dengan garansi. 

Misalnya saya menjabat posisi senior,  perlu garansi jaminan dari senior saya.  Bila tidak,  bagaimana mungkin diserahkan kekuasaan. Jadi garansi ini diperlukan dalam hidup.  Bila hidup kita buntu,  ruwet mungkin bisa belajar,  beli panci pun butuh garansi.

Garansi diri kita Inilah dibayar dengan keihklasan. 

 Penulis:

Ir Goenardjoadi Goenawan, MM

Penulis buku 'Money Intelligent' dan 'Kekuasaan itu Key Driving Force Uang'

Pertanyaan dapat dikirim melalui email : ptangsanadwitunggal@gmail.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Stefanus Arief Setiaji
Terkini