Uji kelayakan calon anggota dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan memasuki hari kedua. Heru Kristiyana dan Agusman menjadi dua calon yang mengadu strategi program di depan komisi XI DPR pada Selasa (6/6).
Heru dan Agusman yang mendaftarkan posisi kepala eksekutif pengawas perbankan pun menyoroti beberapa topik utama seperti penyaluran kredit ke sektor prioritas dan daerah terluar Indonesia, suku bunga kredit satu digit, dan pengembangan bank syariah.
Untuk penyaluran kredit sektor prioritas , Heru memiliki strategi ‘bapak angkat’ untuk bisa mendorong penyaluran kredit pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) lebih optimal.
Terobosan itu dihubungkan dengan bank swasta yang kerap ‘ogah’ menyalurkan kredit ke sektor prioritas yang cenderung masih minim serta wilayah terluar Indonesia karena membebani dari segi overhead cost.
“Untuk itu, bisa memanfaatkan terobosan ‘bapak angkat’ dengan melakukan channeling penyaluran kredit dari bank swasta ke BPD dan BPR,” ujarnya dalam uji kelayakan di komisi XI DPR pada Selasa (6/6).
Dengan skema itu, baik bank besar maupun BPD dan BPR akan lebih efisien dalam kegiatan fungsi intermediasinya. Lalu, bank besar yang cukup mumpuni dari segi teknologi informasi (TI) juga bisa berbagi dengan kedua jenis bank tersebut.
Apalagi, khusus BPD, Heru menyebutkan ada program transformasi BPD untuk menjadi regional champion. Transformasi BPD yang terhitung masih mayoritas bank kecil bisa membuat penyaluran kredit lebih optimal dengan biaya yang lebih efisien.
Di sisi lain, Agusman menyoroti penyaluran kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) oleh perbankan yang masih minim, serta sedikitnya pertambahan debitur baru pada segmen kredit wong cilik tersebut.
“Untuk itu, salah satu strateginya adalah bersinergi dengan Bank Indonesia (BI) agar bank mematuhi ketentuan porsi kredit UMKM yang sudah ditentukan, serta mendorong perbankan menyalurkan kredit sesuai dengan RBB [rencana bisnis bank] yang sudah disampaikan,” sorotnya.
Dia menambahkan, untuk mengoptimalisasikan fungsi intermediasi perbankan kepada sektor prioritas, diperlukan juga fasilitas pertemuan antara bank dengan masyarakat serta klinik bank untuk dunia usaha bisa berkonsultasi masalah pembiayaan.
“Dengan begitu, masyarakat tahu tata cara kredit yang sehat seperti apa dan bank pun paham sektor usaha mana saja yang pantas untuk dbiayai,” tambahnya.
Topik terhangat kedua terkait strategi suku bunga kredit bank satu digit. Heru dan Agusman memiliki strategi yang berbeda.
Agusman lebih mendorong perbankan harus lebih efisien agar tingkatoverhead cost bisa diturunkan. Dengan biaya operasional yang turun, berarti dari sisi tingkat suku bunga kredit bisa ditekan.
Pasalnya, pembentuk suku bunga bukan hanya datang dari biaya dana atau cost of fund, tetapi juga overhead cost, premi risiko, dan margin.
“Lalu, OJK yang saat ini tengah mengembangkan sistem data nasabah yang lebih komprehensif juga bisa menekan tingkat suku bunga. Dengan data nasabah yang lebih komprehensif, tingkat premi risiko bisa ditekan sehingga suku bunga juga bisa lebih rendah,” ujarnya
Dia pun mengakui untuk biaya dana yang terkait bunga simpanan saat ini terhitung cukup mahal. Sulit untuk menurunkun bunga simpanan drastis karena deposan bisa langsung pindah ke instrumen lainnya seperti properti dan emas yang dinilai memberikan imbal hasil lebih baik.
“Jadi, untuk tetap menarik deposan, mau enggak mau suku bunga simpanan harus dipatok sedikit di atas inflasi,” ujarnya.
Berbeda dengan Agusman, Heru justru memiliki terobosan untuk menghapuskan bunga deposito special rate yang selama ini dinilai sebagai biang keladi bunga kredit yang tinggi.
“Pemicu suku bunga tinggi ada di deposan besar yang mayoritas BUMN di mana mereka minta special rate. Nah, kalau dibuat komitmen tidak ada special rate bisa menjadi salah satu strategi menekan suku bunga kredit,” ujarnya.
Sementara itu, untuk mendorong perbankan syariah, Heru menyebutkan ada beberapa hal yang diperhatikan, antara lain terkait kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang paham produk syariah masih sangat sedikit dan juga pengemasan produk syariah yang kurang menarik.
“Jadi, untuk mendorong perbankan syariah dibutuhkan komitmen membentuk kader SDM syariah dan juga pengemasan dan brandingproduk syariah menjadi lebih menarik. Selain itu, dari internal OJK, pemisahan antara pengawasan dan pengaturan juga menjadi solusi pengembangan perbankan syariah,” ujarnya.
Hampir senada dengan Heru, Agusman juga menyoroti terkait SDM perbankan syariah yang harus ditingkatkan. Selain itu, untuk mendukung bisnis bank syariah biar lebih menggeliat juga dengan mendorong spin offunit usaha syariah menjadi bank umum syariah secepatnya.
“Strategi lainnya yakni, memperkuat modal, melakukan riset untuk produk yang beragam, kerja sama dengan negara yang perbankan syariah lebih maju, dan pembentukan asset management unit agar kualitas pembiayaan syariah lebih baik menjadi beberapa strategi,” ujarnya.
Nah, dua calon kepala eksekutif perbankan itu dari segi pengalaman memang sudah mumpuni sebagai pengawas. Setelah adu strategi dan program di depan komisi XI DPR, siapa yang akan menjadi pemenang dan mengisi pos terkait?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel