Ini Tantangan yang Dihadapi Pengrajin Batik Warna Alam

Bisnis.com,09 Jun 2017, 02:18 WIB
Penulis: Nindya Aldila
Perajin menyelesaikan pembuatan batik di Kampung Ciroyom, Tasikmalaya, Jawa Barat./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Penggunaan pewarna alam pada batik sejatinya adalah kembali kepada kearifan lokal. Kendati demikian, industri batik masih dihadapkan berbagai tantangan.

Pemilik Galeri Batik Jawa Nita Kenzo mengatakan dari segi warna yang dihasilkan, batik dengan pewarna tumbuhan ini memang tidak bisa diprediksi. Dibanding warna sintetik, warna yang dihasilkan material alam cenderung lebih kusam atau bladus.

Tak heran, beberapa faktor rumit yang memengaruhi perubahan warPenggunaan pewarna alam pada batik sejatinya adalah kembali kepada kearifan lokal. Kendati demikian, industri batik masih dihadapkan berbagai tantangan.na tersebut di antaranya serapan kain, proses fermentasi, cuaca, dan lokasi tumbuhnya tumbuhan tersebut akan berbeda akibat kandungan unsur haranya.

Dari segi waktu, pembuatan batik warna alam jauh lebih panjang. Waktu yang diperlukan dalam sekali pembuatan bisa sekitar dua minggu untuk satu lembar kain karena kain harus dicelup dan dijemur lebih dari empat kali untuk mendapatkan warna yang nyata. Sementara, kain dengan warna sintetik hanya perlu sekali celup.

“Memang agak sulit bagi industri jika mendapatkan pesanan dalam jumlah banyak karena bisa saja warna yang dihasilkan tidak sesuai pesanan, maka kami harus bilang dari awal kepada pelanggan. Yang penting komitmen untuk tidak mencampur warna alam dengan sintetik hanya karena tidak sabar menunggu hasil warna yang diinginkan,” katanya.

Namun, alih-alih kelemahan, kesan eksklusif yang timbul dari hasil pewarnaan alam ini menjadi daya tarik. Hal ini yang membuat kain warna alam bisa diapresiasi dengan nilai lebih tinggi. Selain itu, dengan proses tersebut, ksehatan lingkungan di lingkungan pengrajin batik bisa lebih terjaga.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, pelaku usaha batik di Indonesia didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) yang tersebar di 101 sentra. Jumlah tenaga kerja yang terserap di sentra IKM batik mencapai 15.000 orang. Nilai ekspor kain batik dan produk batik pada 2016 mencapai US$149,9 juta dengan pasar utama Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini