Imbal Hasil DPLK Masih Lesu

Bisnis.com,11 Jun 2017, 21:01 WIB
Penulis: Denis Riantiza Meilanova

Bisnis.com, JAKARTA—Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) mencatatkan perolehan imbal hasil yang kurang menggembirakan pada awal kuartal II/2017 seiring dengan lesunya kondisi investasi di Indonesia.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang statistik Dana Pensiun per April 2017, DPLK mencatatkan Return on Investment (ROI) sebesar 1,8%. Capaian tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 2,2%.

Kinerja pada awal kuartal II ini berbanding terbalik dengan kinerja DPLK pada kuartal I. Sepanjang kuartal I/2017, ROI yang dicatatkan DPLK terus mengalami kenaikan yang signifikan. Data OJK menunjukkan, pada Januari 2017 ROI DPLK tercatat sebesar 1,2%. Kemudian mengalami kenaikan pada Februari 2017 sebesar 1,5%. Terakhir pada Maret 2017,ROI yang dicatatkan mencapai 2,0%.

Wakil Ketua Perkumpulan-DPLK Nur Hasan Kurniawan mengatakan penurunan capaian ROI pada awal kuartal II tersebut tidak lepas dari lesunya kondisi di sejumlah instrumen investasi, seperti deposito, obligasi, dan saham.
“Pertama karena bunga deposito turun overall. Kemudian bond dan saham juga turun. Dibandingkan dengan kuartal I, turun semua itu” ujar Nur kepada Bisnis, Jumat lalu.

Lesunya kondisi pasar uang maupun pasar modal tersebut terbilang cukup menekan kinerja investasi DPLK, sebab, kata Nur, mayoritas dana kelolaan industri masih ditempatkan pada instrumen obligasi dan pasar uang.

Merujuk pada data OJK per April 2017, total dana kelolaan industri DPLK mencapai Rp68,84 triliun. Dari total angka tersebut, senilai Rp39,16 triliun atau sebesar 56,89% ditempatkan pada instrumen deposito berjangka.
Porsi penempatan investasi terbesar kedua berada pada instrumen surat berharga pemerintah, yakni sebesar 19,02% atau senilai Rp13,09 triliun. Sementara penempatan pada obligasi porsinya mencapai 12,15% atau senilai Rp8,36 triliun. Sedangkan sebesar 4,49% ditempatkan pada instrumen saham, yaitu senilai Rp3,09 triliun.

Nur menuturkan kinerja investasi DPLK pada awal tahun ini memang tidak sebaik kinerja sepanjang tahun 2016. Sepanjang tahun lalu, ROI DPLK cenderung terus mencatatkan peningkatan yang cukup signifikan karena kondisi investasi pada obligasi tahun lalu juga cukup bagus. Sementara awal tahun ini, Nur menyayangkan kinerja DPLK tak begitu kinclong karena mengalami perlambatan pada kuartal II.

“Tahun lalu kuartal I hingga kuartal IV stabil kenaikkannya. Sementara tahun ini kuartal I naik memang sayang di kuartal II agak melambat,”katanya.

Selain lesunya pasar uang dan pasar modal, momen menjelang lebaran juga dinilai sebagai penyebab kinerja investasi seret. Sebab menjelang lebaran orang-orang akan lebih mementingkan cash flow untuk keperluan lebaran. Baru setelah lebaran mereka akan kembali berinvestasi, kata Nur.
Kondisi perlambatan pada April 2017, kata Nur, masih berlanjut hingga Mei 2017. Dia mengatakan kondisi investasi juga belum menunjukkan perbaikan. ROI secara industri diperkirakan kurang lebih sama dengan capaian ROI pada April 2017.

Meski begitu, Nur optimistis capaian ROI tahun ini masih bisa lebih tinggi atau paling tidak sama dengan capaian ROI pada tahun lalu yang mencapai 6%. Dia meyakini peringkat layak investasi dari Standard & Poor’s yang diperoleh Indonesia mampu mendorong kinerja Investasi di Indonesia.

“Harapan kami dengan kenaikan peringkat Standard & Poor’s, bisa naik lagi. Apalagi bulan Mei juga melempem.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini