Bisnis.com, JAKARTA— “Kamu punya casing untuk melindungi handphone agar tidak rusak. Casing mungkin harganya sama dengan asuransi rumah. Padahal rumahmu harganya jauh di atas handphone-mu. Kamu mengeluarkan uang untuk memproteksi handphone-mu namun tidak untuk rumahmu.”
Kalimat itu dikatakan CEO PT Zurich Insurance Indonesia Philippe Danielski. Melalui pemaparannya itu, dia menggambarkan masih kecilnya penetrasi asuransi, khususnya untuk asuransi umum di Indonesia.
Dia mengatakan emahaman orang Indonesia akan kebutuhan proteksi sangat rendah, kelima terendah di dunia. Sementara, risiko di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di dunia, termasuk ke 134 yang paling berisiko di dunia. Gap antara yang tidak memiliki asuransi dengan yang memiliki asuransi sangat besar. Sehingga ada kesempatan yang besar untuk bisnis asuransi di Indonesia.
Guna mengembangkan bisnis di Indonesia, pihaknya mengaku yang menjadi tantangan adalah untuk mengajak masyarakat menganggukkan kepala sebagai tanda setuju untuk berasuransi. Untuk itu, perusahaan sudah menyiapkan beberapa strategi dengan mengedepankan kesederhanaan, keterlibatan, dan edukasi. Berikut strategi yang diungkapkan Philippe Danielski:
Pertama, Zurich untuk konsumen. Perusahaan ingin pelanggan dapat menghubungi dengan cara mereka sendiri, perusahaan akan melayani kapanpun mereka mau, melalui bank, agen, digital, telepon. Perusahaan juga bekerja bersama dengan sister company, dan Zurich secara global.
Kedua, Zurich punya bisnis retail, konsumen dan juga komersial dengan perusahaan besar. Pelanggan retail membutuhkan kecepatan dan kepraktisan, sedangkan komersial perusahaan besar sangat teknis.
Ketiga, terdapat dua model distribusi yang dibangun yaitu melalui agent dan bancassurance.
Keempat, tiga prioritas untu mengembangkan keterlibatan yang baik dari karyawan , channel distribusi kami serta pelanggani dengan melatih karyawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel