Industri Otomotif Inggris Terancam Mundur Pasca Brexit

Bisnis.com,21 Jun 2017, 14:10 WIB
Penulis: Yusran Yunus
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Society of Motor Manufaktures and Traders (SMMT) mengungkapkan bahwa industri otomotif Inggris akan mengalami kemunduran secara permanen jika Pemerintah Inggris tidak mengamankan kesepakatan transisi dengan Uni Eropa.

Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Theresa May telah mengupayakan hal tersebut, namun mengalami perundingan yang sulit dengan pihak Uni Eropa.

Pemimpin negosiasi Uni Eropa, Michel Barnier, secara terang-terangan menyatakan, “Kesepakatan seperti itu tidak dapat dilakukan sampai setelah Inggris keluar dari Uni Eropa dalam waktu kurang dari 2 tahun.”

Menteri Keuangan Inggris (Chancellor of the Exchequer) Philip Hammond mengungkapkan dukungannya terhadap rencana kesepakatan transisi dengan pihak Uni Eropa. Hammond menjelaskan bahwa hal tersebut membantu menghindari apa yang disebut sebagai ‘halangan perdagangan’ dimana Inggris memiliki tenggat waktu hingga Maret 2019 untuk melakukan sejumlah pembicaraan tanpa adanya pengaturan perdagangan sebelumnya pada akhirnya akan mengikuti aturan Organisasi Perdagangan Dunia PBB  (World Trade Organization/WTO).

“Kami minta pemerintah secara terbuka mencari pengaturan perdagangan sementara dimana Inggris tetap berada dalam aturan Uni Eropa dan idealnya dalam pasar tunggal, selama masa negosiasi masih berlanjut,” kata Mike Hawes, Chief Executive SMMT dalam konferensi persnya di London, Inggris.

"Menerapkan aturan tarif dan bea cukai WTO akan merusak industri kita secara permanen, mengganggu rantai pasokan dan membahayakan daya saing,” tambahnya.

Pengaturan akhir untuk regulasi perdagangan juga meminta Uni Eropa untuk menghitung komponen mobil yang dihasilkan oleh produsen lokal Inggris. Saat ini tercatat 44% komponen onderdil untuk memproduksi mobil buatan Inggris berasal dari pemasok lokal atau naik dari nilai 41% di tahun 2015 silam.

“Sebagai bagian dari negosiasi, Inggris sebaiknya mencari akumulasi diagonal dimana jumlah impor onderdil dari Uni Eropa sama seperti jumlah impor Inggris dan begitu sebaliknya. Hal tersebut akan memberikan keuntungan paling tidak beberapa perjanjian perdagangan yang telah dimiliki Uni Eropa dengan 30 atau 40 negara berbeda,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini