Kesejahteraan Petani Sulut Tergerus

Bisnis.com,03 Jul 2017, 16:20 WIB
Penulis: Rivki Maulana
Petani memanen jagung./JIBI-Desi Suryanto

Bisnis.com, MANADO -- Badan Pusat Statisti (BPS) Sulawesi Utara melansir tingkat kesejahteraan petani sedikit tergerus, tercermin dari penurunan indes nilai tukar petani. NTP Sulut juga tercatat yang paling rendah di antara seluruh provinsi di Pulau Sulawesi.

Berdasarkan berita resmi BPS Sulawesi Utara yang dikutip Bisnis.com, Senin (3/7/2017), indeks NTP Sulut tercatat 92,40 per Juni 2017 atau turun 0,03%  dibandingkan dengan posisi Mei 2017.

Untuk diketahui, dalam kurun waktu satu tahun terakhir, NTP Sulut tak pernah menyentuh level di atas 100. Indeks NTP tertinggi tercatat 97,00 pada Juni 2016. Indeks di bawah 100 menunjukkan, biaya yang harus dikeluarkan petani lebih besar dibandingkan pendapatan yang dihasilkan.

Menurut BPS, penurunan NTP di Sulut disebabkan oleh kenaikan harga bahan pokok (bapok) di mana menjelang hari raya Idufitri mengalami kenaikan. Pola tersebut selalu berulang setiap tahun, terutama pada bahan pangan strategis yang dibutuhkan masyarakat.

Mohamad Edy Mahmud, Kepala BPS Perwakilan Sulawesi Utara sebelumnya mengatakan petani di Sulut kian menanggung beban kenaikan harga karena terjadi pergesera pola konsumsi di mana petani lebih menyukai produk makanan jadi.

Pergeseran itu pada akhirnya mengerek indeks konsumsi rumah tangga. Per Juni 2017, indeks konsumsi rumah tangga petani naik 1,33% menjadi 132,33. Kenaikan dipicu oleh kenaikan harga makanan jadi, rokok, dan tembakau sebesar 2,46% menjadi 144,21.

Edy menerangkan, perlu ada perbaikan pada pola distribusi dan tata niaga pertanian agar NTP Sulut bisa mencapai di atas 100. Pasalnya, saat ini petani diniai belum menikmati kenaikan harga pertanian. "Contohnya, saat harga rica [di Manado] Rp133.000, di tingkat petani kurang dari Rp70.000," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini