Efek Langkah Pendinginan, Nilai Properti Singapura Catat Penurunan Terpanjang

Bisnis.com,04 Jul 2017, 07:14 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Singapura/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai properti di Singapura memperpanjang penurunannya untuk kuartal ke-15 berturut-turut, akibat terbebani oleh terus berlangsungnya upaya untuk mendinginkan pasar.

Menurut data pendahuluan yang dirilis Urban Redevelopment Authority (URA), indeks yang melacak harga perumahan swasta turun 0,3% sepanjang kuartal yang berakhir 30 Juni dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Data URA menunjukkan, harga rumah di wilayah-wilayah utama turun 0,9% pada kuartal tersebut, sedangkan harga rumah di pinggiran kota mengalami 0,4% lebih rendah.

“Kami tidak mengharapkan pemulihan harga tahun ini - meskipun kami telah melihat beberapa peningkatan dalam sentimen pasar - setelah bank sentral mengindikasikan tidak akan mengurangi pembatasannya dalam waktu dekat,” kata Nicholas Mak, kepala riset SLP International Property Consultants di Singapura, seperti dikutip dari Bloomberg (Senin,3/7/2017).

Ditambahkan olehnya, harga rumah akan terus turun secara bertahap sepanjang sisa tahun ini.

Harga properti telah mengalami penurunan selama hampir empat tahun atau 15 kuartal, rentetan penurunan terpanjang sejak data tersebut pertama kali diterbitkan pada tahun 1975.

Pemerintah Singapura telah meluncurkan serangkaian langkah untuk mendinginkan pasar sejak 2009. Pada Maret 2017, pemerintah memutuskan melonggarkan langkah-langkah pendinginan harga rumah untuk pertama kalinya dalam delapan tahun.

Namun demikian, pihak otoritas juga memperingatkan bahwa penyesuaian tersebut tidak berarti pembatalan terhadap upaya pendinginan pasar.

“Meski pasar properti telah stabil, belum waktunya untuk mengurangi tindakan pendinginan. Langkah ini masih diperlukan,” ujar Ravi Menon, managing director Monetary Authority of Singapore (MAS), kepada wartawan pada 29 Juni saat merilis laporan tahunan bank sentral Singapura tersebut.

Menurutnya, tingkat suku bunga hipotek sangat rendah dan risiko kembalinya lonjakan harga properti yang tak berkelanjutan bukanlah hal yang sepele.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini