EDUKASI DUIT: Punya Uang Tapi Tidak Bahagia, Itu Tandanya Anda...?

Bisnis.com,06 Jul 2017, 12:50 WIB
Penulis: News Editor
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Ada yang bilang uang itu tidak bisa membeli kebahagiaan. Ah, itu kan kata orang yang sudah kaya. Orang-orang kaya itu tidak akan melepaskan uangnya kecuali sudah terdesak secara  hebat. 

Apa yang dilakukan oleh orang kaya sejatinya sama dengan yang orang menengah lakukan, sama dengan saya, sama dengan Anda, sama dengan kita, berangkat kerja karena terdesak duit. Gaya tarik uang itu besar.

Orang semuanya tersedot menuju pusat kekuasaan uang. Melawan gaya tarik uang itu kuncinya. Bagi saya, bagi Anda, bagi kita, barangkali kuncinya yang diketahui uang itu ya kebutuhan pokok, uang untuk membeli beragam kebutuhan. Ibaratnya, kalau enggak makan, enggak ada beras, ya lapar.

Tetapi dorongan orang kaya itu bukan kebutuhan pokok, bukan sekadar dapur ngebul memenuhi sembako. Secara gamblang, kebutuhan orang kaya sudah terjamin. Kebutuhan fisik, kebutuhan kebanggaan diri, kebutuhan kemenangan, kebutuhan aktualisasi diri. Rasanya, semua itu sudah dimiliki orang kaya.

Lantas, apa dorongan kebutuhan yang nilainya lebih tinggi dari uang?

1. Kesehatan.  Mungkin setelah mengalami sakit yang menahun, sakit yang fatal, orang kaya baru akan berpikir bahwa kesehatan lebih berharga daripada uang.  Tapi biasanya setelah sembuh, dia berkuasa lagi. 

2. Efek samping kekuasaan adalah sikap tidak bersyukur. Jadi bila kita, Anda, ketemu orang kaya jangan langsung berpikiran negatif, benci, atau sirik.  Biasa saja.  Kita perhatikan,  mengapa orang kaya tidak mau mengucap terima kasih kepada orang lain dan selalu mengukur segalanya dengan uang.

Artinya, ada orang kaya yang salah memikirkan hakikat uang.  Akhirnya, dari sini bisa diambil kesimpulan. Hal-hal yang terkadang tidak bisa disembuhkan yakni rasa bersyukur.

Penulis

Ir Goenardjoadi Goenawan, MM

Penulis buku seri money intelligent dan 10 buku manajemen, leadership, dan relationship

081219819915

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Stefanus Arief Setiaji
Terkini