Sedin, Investor Asal China, Tertarik Garap Gasifikasi Batu Bara

Bisnis.com,19 Jul 2017, 20:18 WIB
Penulis: Annisa Sulistyo Rini
Pengerjaan salah satu pabrik petrokimia/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah terus mengajak investor untuk menggarap proyek pengembangan industri petrokimia, termasuk pembangunan gasifikasi batu bara.

Salah satu perusahaan asal China, yaitu China Second Design Institute of Chemical Industry (Sedin) melakukan kunjungan ke Kementerian Perindustrian untuk membicarakan rencana pembangunan pabrik gasifikasi batu bara di dalam negeri. Hingga saat ini belum ada pabrik gasifikasi batu bara di Indonesia yang memasok bahan baku industri petrokimia.

Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan gasifikasi batu bara bisa menjadi alternatif bagi industri petrokimia dalam mendapatkan bahan baku gas, apalagi Indonesia memiliki sumber batu bara yang melimpah.

“Potensi batu bara Indonesia kan banyak sekali, terutama yang low rank dengan nilai jual dan kalori rendah.  Sedin ini katanya sudah bangun beberapa teknologi yang menggunakan low rank ini, makanya kami undang,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (19/7/2017).

Sigit menuturkan China menjadi negara dengan pabrik gasifikasi batu bara yang paling banyak di dunia. Terdapat sekitar 40 pabrik gasifikasi batu bara di Negera Tirai Bambu tersebut. Sedin, merupakan salah satu perusahaan yang berpengalaman di sektor gasifikasi batu bara.

Lebih lanjut, dia menyebutkan Sedin menyatakan siap masuk ke Indonesia. Kemenperin mengajak badan usaha milik negara (BUMN) pupuk untuk ikut menjadi partner lokal dalam proyek tersebut. Hal ini bertujuan supaya nantinya BUMN bisa menerapkan teknologi yang sama di beberapa sumber batu bara di Indonesia.

Menurut Sigit, dengan adanya pabrik gasifikasi batu bara, industri petrokimia bisa mendapatkan bahan baku gas dengan harga yang lebih rendah dari harga saat ini, yakni di kisaran US$7 hingga US$8 per mmbtu. Dengan hitungan harga batu bara low rank US$20 per ton, industri bisa mendapat gas seharga US$3 hingga US$4 per mmbtu.

“Ini bakal menjadi alternatif sumber gas dan bisa menekan biaya produksi, makanya indutri pupuk sangat tertarik dan gas ini bisa dipakai seluruh industri petrokimia seluruhnya, sampai hilir,” ujar Sigit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ratna Ariyanti
Terkini