Yen Terapresiasi Hari Keenam, Bursa Saham Jepang Terus Terkoreksi

Bisnis.com,25 Jul 2017, 14:25 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Ilustrasi/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Koreksi sejumlah indeks saham acuan Jepang berlanjut pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Selasa (25/7/2017), tertekan oleh tren penguatan mata uang yen yang berpotensi membebani laba eksportir.

Indeks Topix hari ini dibuka turun 0,01% atau 0,15 poin di level 1.621,42 dan berakhir melemah 0,28% atau 4,50 poin di posisi 1.617,07. 

Dari 2.009 saham pada indeks Topix, 592 saham di antaranya menguat, 1.284 saham melemah, dan 133 saham stagnan.

Adapun indeks Nikkei 225 ditutup turun 0,10% atau 20,47 poin di level 19.955,20, setelah dibuka dengan kenaikan tipis 0,02% atau 3,89 poin di posisi 19.979,56.

Sebanyak 67 saham menguat, 150 saham melemah, dan 8 saham stagnan dari 225 saham pada indeks Nikkei.

Saham KDDI Corp. yang merosot 1,24% menjadi penekan utama terhadap pelemahan Nikkei, diikuti oleh Shiseido Co. Ltd. yang drop 2,31% dan Olympus Corp. yang melorot 1,90%.

Sementara itu, nilai tukar yen hari ini terpantau menguat 0,15% atau 0,17 poin ke 110,93 yen per dolar AS pada pukul 14.04 WIB, setelah pada Senin ditutup terapresiasi 0,04% di posisi 111,10.

Baik indeks Topix dan Nikkei 225 sebelumnya bergerak fluktuatif di saat penguatan yen sempat terhenti menantikan keputusan kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve dan rilis sejumlah laporan laba perusahaan pekan ini.

The Fed diperkirakan akan tetap mempertahankan arah kebijakannya pada pertemuan kebijakan pekan ini. Para investor pun menantikan pernyataan yang menyertainya demi mendapatkan petunjuk tentang bagaimana para pembuat kebijakan berencana untuk mulai mengurangi neracanya.

“Pasar forex tidak stabil dengan para pelaku berspekulasi mengenai langkah kebijakan moneter di AS dan Eropa. Saya tidak memperkirakan hal istimewa apapun dari FOMC, namun akan memantau reaksi dari pasar uang,” ujar Yutaka Miura, senior technical analyst di Mizuho Securities Co., seperti dikutip dari Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini