Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Harda International Tbk. merealisasikan aksi penerbitan saham baru atau rights issue senilai Rp100 miliar. Dengan penambahan dana segar itu, perseroan menjaga rasio kecukupan modal di level 20%.
Direktur Utama Bank Harda International Barlian Halim mengatakan, untuk rencana aksi rights issue kali ini memang khusus untuk keperluan ekspansi kredit.
"Dengan tambahan modal ini, kami merencanakan pada tahun ini menjaga rasio kecukupan modal sebesar 20%," ujarnya kepada Bisnis pada pekan lalu.
Bank Harda Indonesia menerbitkan saham baru sebanyak 24,91% dari total modal disetor perseroan. Adapun nilai modal inti perseroan sampai kuartal II/2017 mencapai Rp383,79 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu yang senilai Rp341,46 miliar.
Bank Harda ingin naik kelas menjadi kategori bank umum kelompok usaha II dengan permodalan inti sebesar Rp1 triliun - Rp5 triliun, pada tahun depan.
Barlian sebelumnya mengatakan untuk mencapai target itu, perseroan mengandalkan komitmen pemegang saham untuk menambah modal lewat mekanisme rights issue.
"Dengan penambahan rights issue, modal kami hampir Rp500 miliar, jadi diharapkan pada 2018 bisa menjadi BUKU II. So far pemegang saham masih berkomitmen [menambah Rp500 miliar sampai tahun depan]," jelasnya.
Lebih lanjut, dia berujar penguatan permodalan menjadi mutlak diperlukan untuk mendukung rencana ekspansi perseroan.
Menurut Barlian, dengan naik kelas menjadi BUKU II, arah pengembangan produk Bank Harda akan lebih strategis, salah satunya mencakup internet banking.
"Dengan kemajuan teknologi sekarang susah dielakkan untuk tidak ke BUKU II, karena itu berpengaruh terhadap ekspansi kami. Dengan penggunaan teknologi dan internet banking, akan jadi jauh lebih efisien dan efektif," jelasnya.
Sampai kuartal II/2017, bank berkode emiten BBHI itu mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 7,64% menjadi Rp5,21 miliar dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Perseroan mematok target laba pada tahun ini naik 114,2% menjadi sekitar Rp15 miliar.
Untuk pertumbuhan kredit perseroan masih mengalami penurunan sebesar 0,33% menjadi Rp1,49 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Padahal target pertumbuhan kredit ditargetkan naik 20% pada tahun ini.
Dari sisi rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross perseroan mengalami perbaikan, yakni turun menjadi 3,71% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar 6,63%.
Untuk NPL nett perseroan turun menjadi 2,72% dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu yang sebesar 3,06%.
Sampai kuartal kedua, komposisi pemegang saham perseroan terdiri dari Rachman Hakim melalui PT Hakimputra Perkasa menjadi pemegang saham pengendali dengan kepemilikan sebanyak 72,66%, Kwee Sinto memiliki porsi sebanyak 5,42%, dan publik sebanyak 21,92%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel