Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. semakin optimistis mampu mewujudkan berambisi masuk dalam peringkat kelima bank beraset terbesar di Tanah Air pada akhir tahun ini.
Melihat realisasi kinerja pertumbuhan bisnis perseroan selama semester I/2017, Direktur Utama BTN Maryono menyatakan selisih aset BTN semakin rendah dengan Bank CIMB Niaga yang berada di posisi bank beraset terbesar nomor lima.
Per akhir 2016, BTN menempati posisi keenam bank beraset terbesar dengan jumlah aset Rp214,16 triliun dan membidik kenaikan aset 18,1% menjadi Rp253 triliun per akhir 2017.
Dengan kinerja yang positif didorong kenaikan penyaluran pembiayaan dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), aset Bank BTN dapat naik sekitar Rp34,55 triliun menjadi sebesar Rp224,06 triliun pada Juni 2017 atau tumbuh 18,23% dibandingkan dengan periode Juni 2016.
"Tahun lalu ranking kami nomor 6 dan du akhir tahun ini target kami bisa menjadi nomor 5. Kekurangannya sekitar Rp23 triliun dibandingkan CIMB Niaga, dengan kenaikan sekitar Rp34 triliun pada semester I, mudah-mudahan ini bisa tercapai di akhir tahun," katanya, pekan lalu.
Bla perseroan telah mampu naik kelas menjadi bank kelima terbesar, BTN diharapkan mampu menjadi lembaga pembiayaan terbesar dengan service level skala internasional.
Hal ini demi mengantisipasi integrasi perbankan Asean 2020 di mana perseroan akan bersaing dengan bank-bank internasional dengan service yang lebih besar.
Sejalan dengan itu, bank spesialis kredit perumahan ini juga membidik kenaikan modal inti sehingga mampu naik kelas ke kategori bank umum kelompok usaha (BUKU) IV dengan modal inti di atas Rp30 triliun.
"Terkait dengan modal, kami mempertimbangkan untuk rights issue tetapi harus ada izin dari share holders yakni BUMN," lanjutnya.
Direktur Keuangan dan Treasuri BTN Iman Nugroho Soeko BTN menjelaskan, menjadi rangking lima bank beraset terbesar merupakan konsekuensi dari pertumbuhan BTN yang tinggi. Dengan pesatnya perkembangan sektor properti, BTN mampu terus tumbuh dua digit di saat sejumlah bank lain hanya mencatatkan growth satu digit.
Adapun, terkait rencana naik kelas menjadi BUKU IV, diproyeksikan akan dapat terealisasi setidaknya dalam tiga tahun ke depan bila tidak ada aksi suntikan modal tambahan dari pemegang saham.
"Sekarang modal BTN di level Rp19 triliun dengan modal tier I srkitar Rp17 triliun. Jadi untuk sampai di sana (minimal Rp30 triliun) masih agak lama, mungkin sekitar 3 tahun atau sekitar 2020 kalau mengandalkan pertumbuhan normal," kata Iman, terpisah.
Iman pesimistis pemerintah akan mau menyetorkan modal tambahan bila BTN harus menggelar rights issue. Hal ini mengingat pengalaman pahit perseroan yang gagal mendapatkan prioritas saat mengajukan penambahan modal dari pemerintah dua tahun lalu.
Menurutnya, kendati ada dorongan moral dari Menteri BUMN, rights issue BTN juga sulit akan disetujui pemerintah karena dinilai tidak terlalu urgent. Diakuinya, BTN belum memiliki rencana bisnis untuk membuka cabang di luar negeri. Di sisi lain, posisi sebagai Bank BUKU III juga sudah memungkinkan bila ingin melakukan ekspansi di tingkat regional Asia.
"Kalau tidak mau terdelusi, pemerintah harus setor modal dalam right issue, tetapi sekarang kayaknya tidak mungkin. Pertama kali kami ingin tingkatkan modal pada dua tahun lalu kan gak dapat prioritas juga di DPR, makanya kami melakukan sekuritisasi, revaluasi aset, dan pinjaman subordinasi dari SMF untuk tingkatkan rasio kecukupan modal," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel