Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. mengklaim frekuensi transaksi nasabahnya di kantor cabang sudah turun hingga sekitar 8% dari total keseluruhan transaksi perseroan.
Tercatat, mayoritas hanya transaksi dalam nilai besar yang masih melalui kantor cabang.
Direktur Bank Central Asia Santoso Liem mengatakan, transaksi nasabah melalui cabang sudah mulai turun dengan hanya sekitar 8% dari total transaksi yang ada.
Namun, dari segi nominal, transaksi cabang masih lebih besar ketimbang e-channel.
“Artinya, nasabah kami yang bertransaksi ke kantor cabang adalah yang punya kebutuhan untuk transaksi besar-besar. Soalnya kalau di e-channel nominal transaksi tidak bisa terlalu besar juga,” ujarnya belum lama ini.
Dari presentasi kinerja perseroan sampai semester I/2017, volume transaksi cabang perseroan turun sebesar 8,63% menjadi 79,4 juta kali dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Dari sisi nominal transaksi juga turun sebesar 6,5% menjadi Rp6.743 triliun.
Untuk e-channel bank berkode emiten BBCA itu justru kompak mengalami kenaikan transaksi. Seperti mobile banking, dari sisi volume transaksi naik sebesar 43,69% menjadi 522,9 juta kali. Secara nominal juga naik sebesar 32,04% menjadi Rp455,8 triliun.
Selain itu, untuk volume transaksi lewat anjungan tunai mandiri (ATM), BCA mencatatkan kenaikan sebesar 3,6% menjadi 950,5 juta kali. Untuk nominal transaksi juga naik sebesar 7,58% menjadi Rp1.072 triliun.
Dari sisi internet banking, tingkat volume transaksi 22,61% menjadi 977,6 juta kali, sedangkan dari sisi nominal naik sebesar 8,28% menjadi Rp3.586 triliun.
Lonjakan kenaikan transaksi itu pun juga kian mendorong pertumbuhan dana murah atau current account saving account (CASA) perseroan.
Santoso mengatakan, pertumbuhan dana murah perseroan memang naik cukup tinggi sebesar 16% sampai 18% secara year on year (YoY). Namun, dia juga mengakui dari sisi deposito juga naik tinggi sekitar 33%.
“Secara keseluruhan, rasio CASA kami masih naik dikit lah berada di level 74% sampai 75%, so far so good,” ujarnya.
Terkait lonjakan pertumbuhan deposito, Santoso menjelaskan, perseroan sempat melihat prospek kredit akan meningkat signifikan pada tahun ini dan ada potensi loan to deposit rasio (LDR) menyentuh 90%.
“Untuk itu, pada awal tahun kami naikkan suku bunga deposito untuk jaga-jaga dan hasilnya terbukti naik signifikan juga deposito kami,” ujarnya.
Santoso menekankan, dengan status perseroan sebagai transaksional banking, tingkat likuiditas dari perhitungan LFR akan terus dijaga agar tidak melebihi 80%.
“Ya, untuk sekarang posisi LFR kami kan sekitar 72% sampai 73%,” ujarnya.
Sampai paruh pertama tahun ini, dana pihak ketiga (DPK) perseroan tumbuh sebesar 16,7% menjadi Rp572,24 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Dari segi dana murah tumbuh sebesar 12% dengan posisi rasio CASA sebesar 74,6%. Deposito perseroan naik sebesar 33% menjadi Rp145,3 triliun.
Pertumbuhan kredit perseroan pun mencatatkan kenaikan sebesar 11,9% menjadi Rp433,25 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Dengan pertumbuhan DPK dan kredit itu, posisi loan to funding rasio (LFR) perseroan berada pada level 74,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel