PEMBENAHAN KREDIT BERMASALAH, BNI Prediksi Restrukturisasi Kredit Mulai Turun Semester II/2017

Bisnis.com,07 Agt 2017, 17:30 WIB
Penulis: Surya Rianto
Karyawati PT Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah melayani nasabah di Jakarta, Senin (6/3)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. memperkirakan tren restrukturisasi kredit perseroan mulai turun pada akhir tahun ini, meskipun bank pelat merah itu masih dalam proses merestrukturisasi beberapa debiturnya.

Direktur BNI Rico Rizal Budidarmo mengatakan, restrukturisasi kredit sudah tampak tidak ada kenaikan signifikan. Kemungkinan arahnya semakin turun debitur yang direstrukturisasi kreditnya.

“Kalau dulu kami target di akhir tahun senilai Rp30 triliun, sekarang kami perkirakan sudah sekitar Rp28 triliun sampai Rp29 triliun,” ujarnya pada Senin (7/8/2017).

Sampai akhir Juni 2017, restrukturisasi kredit perseroan turun 6,4% menjadi Rp29,39 triliun dibandingkan dengan akhir tahun lalu.

SEVP Remedial & Recovery Bank Negara Indonesia Yuddy Renaldi menjelaskan, perseroan tengah dalam proses penyelesaian kredit bermasalah lewat restrukturisasi pada beberapa sektor usaha antara lain, sektor tambang, tekstil, perkebunan sawit dan consumer goods.

“Semuanya lagi dalam proses restrukturisasi kredit, intinya dengan kondisi ekonomi makro yang lebih baik semoga bisa terselesaikan pada beberapa segmen,” ujarnya.

Salah satu debitur perseroan yang tengah masuk restrukturisasi kredit antara lain PT Namasindo Plas.

Yuddy mengatakan, debitur itu memiliki nominal kredit bermasalah senilai Rp1,5 triliun dan posisinya sudah masuk collection lima. Namasindo itu bergerak di sektor usaha kemasan plastik untuk salah satu merek botol air mineral kemasan.

“Lagi dicoba mencari injeksi modal melalui investor, kami kemungkinan akan restrukturisasi akhir tahun ini,” ujarnya.

Adapun, bank berkode emiten BBNI itu menargetkan posisi NPL gross pada akhir tahun bisa bertahan pada 2,8%. Adapun, posisi NPL itu sama dengan pencapaian pada Juni 2017 yang sebesar 2,8% atau lebih rendah ketimbang Maret 2017 yang sebesar 3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Farodilah Muqoddam
Terkini