EDUKASI DUIT: Hedonism Complex & Pentingnya Makna Bersyukur

Bisnis.com,10 Agt 2017, 09:55 WIB
Penulis: Redaksi
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Pernah saya membaca sebuah artikel yang menceritakan Angeline Francis Khoo, perempuan berusia 34 tahun, anak miliuner Malaysia, Khoo Kay Peng.

Angeline ini memilih untuk melepas hak warisannya agar bisa menikah dengan pria pilihannya, Jedidiah Francis.

Khoo Kay Peng bukan nama asing di kalangan pengusaha internasional karena dia memimpin kelompok usaha MUI Asia Limited.

Kelompok itu antara lain menjadi pemegang saham mayoritas Laura Ashley, perusahaan tekstil Inggris, yang kemudian berkembang menjadi jaringan ritel internasional. Kekayaan Khoo Kay Peng diperkirakan mencapai 205 juta Pounsterling atau sekitar Rp3,5 triliun.

Awalnya, Angeline diyakini akan ditunjuk sebagai penerus perusahaan keluarga Khoo Kay Peng. Sejak remaja hingga kuliah di sudah magang dan malang melintang di berbagai bagian di Laura Ashley.

Rencana ini terhenti ketika Khoo Kay Peng tidak menyetujui rencana perkawinan Angeline dengan calon suaminya yang lahir di Karibia.

"Saya meyakini bahwa sikap ayah salah," kata Angeline dalam wawancara dengan mingguan Inggris, Mail on Sunday.

"Anda bisa punya banyak uang dan itu adalah anugerah. Uang membuat Anda bisa melakukan banyak hal, uang membuat Anda punya pilihan. Tapi ada hal-hal lain yang bisa diakibatkan oleh uang.  Uang menguatkan sifat-sifat negatif dan bisa menyebabkan masalah. Untuk lepas dari ini semua, sebenarnya sangat mudah," kata Angeline.

Angeline dan suaminya bertemu saat berkuliah di Oxford. Angeline sekarang mendirikan usaha sendiri, sementara itu sang suami bekerja di salah satu toko pakaian online di Inggris.

Angeline dan ayahnya sekarang tak berbicara, tetapi dia berharap suatu saat nanti ayahnya bisa melupakan kemarahan, sehingga keduanya bisa menjalani hubungan yang lebih baik.

Kisah ini membuktikan bahwa banyak pihak tidak mengerti efek uang sebagai kekuasaan. Ayahnya Angeline Khoo tidak menyetujui bila kekuasaan dan kekayaannya jatuh ke tangan orang Karibia. Mengapa? 

1. Banyak perempuan terlalu mengandalkan perasaan emosi cinta. Tetapi menjadi CEO perusahaan dengan kekuasaan tinggi membutuhkan kapabilitas anak dan menantu untuk bisa mempertahankan kekuasaannya. 

2. Bersama dengan kekayaan ada tanggung jawab. Misalnya mengapa seorang ayah tidak serta merta menberikan kekayaan kepada anaknya? Itu bukan berarti ayah nya tidak mengerti cinta, namun kekuasaan sebegitu besar butuh tanggung jawab dan bersifat mengikat. 

Bila anak konglomerat saja diwajibkan mengikat walaupun itu ayah sendiri, ketika kita tidak mau mengikat diri kepada sumber kekuasaan, dengan sendirinya kitapun semakin jauh dari kekayaan. 

3. Dengan demikian masalah paling rumit dalam kekayaan adalah relationship, hubungan dan interaksi dengan sumber kekuasaan. 

Anak konglomerat sering bermasalah kurang menghargai rasa bersyukur sehingga mereka menjadi haus cinta. Sejak kecil ingin mobil sudah dikasih oleh orangtuanya, ingin mengelola perusahaan dikasih,  akhirnya keinginannya memuncak yaitu menentang kepada orang tua. Masalah ini adalah disebut hedonism complex

Kembali ke kisah di atas, bisa saja ayah Angeline Khoo mencoret nama anaknya dari pewaris kekayaan sebagai langkah terakhir dengan harapan mungkin nantinya anak gadisnya memahami arti rasa bersyukur dan tanggung jawab.

Penulis

Ir Goenardjoadi Goenawan MM

Penulis buku money intelligent dan Kekuasaan itu Key Driving Force Uang

081219819915

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Stefanus Arief Setiaji
Terkini