Ini Pemicu Harga Daging Ayam Potong di Bali Melambung

Bisnis.com,21 Agt 2017, 07:56 WIB
Penulis: Feri Kristianto
Ilustrasi./Bisnis.com

Bisnis.com, DENPASAR—Harga daging ayam broiler di Bali kian merangkak naik hingga pada Minggu (20/8/2017) ini mencapai Rp38.900 per kilogram.

Kenaikan harga ini telah dirasakan sejak awal bulan di sejumlah pasar di Denpasar. Dalam rilis harga kebutuhan polok yang dikeluarkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali pada 4 Agustus tercatat rata-rata harga daging ayam potong Rp36.500 per kilogram. Data tersebut diperoleh dari empat pasar di Kota Denpasar yakni Pasar Agung Penatih, Pasar Badung, Pasar Kereneng, dan Pasar Nyagelan.

Kepala Bidang Kesehatan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Nata Kusuma mengatakan kenaikan harga daging ayam broiler ini disebabkan menurunnya pasokan indukan bibit ayam potong.

Kata dia terkait isu flu burung pada periode Juni hingga Juli 2017, pemerintah telah mengurangi pasokan indukan ayam potong hingga mencapai angka 3 juta ekor.

Hal tersebut berdampak pada penurunan jumlah telur tetas dan ketersediaan day old chick (DOC) atau anak ayam umur sehari. Akibatnya, pasokan daging ayam potong di pasaran mengalami defisit sehingga berpengaruh pada harga jual di tingkat konsumen.

"Kebutuhan di Bali mencapai 4.430 ton per bulan, sementara produksinya baru mencapai 3.780 ton per bulan yang dihasilkan dari 4,5 juta ekor DOC," katanya, Minggu (20/8/2017).

Menurut Nata Kusuma untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, idealnya Bali memperoleh 5,2 ekor juta DOC setiap bulan. Untuk menangani masalah ini telah dilakukan koordinasi dengan pihak suplier, pemotong, dan peternak mandiri.

Dia menjelaskan ketersediaan daging yang berasal dari unggas menyangkut persoalan yang sangat kompleks. “Kita tak bisa fokus hanya pada jumlah produksi, tapi kesehatan hewan juga menjadi prasyarat utama agar daging yang beredar memenuhi standar kesehatan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Miftahul Ulum
Terkini