Dirut Pertamina Pertanyakan Penambahan Kapasitas Kilang Minyak

Bisnis.com,28 Agt 2017, 16:06 WIB
Penulis: Duwi Setiya Ariyanti
Ilustrasi kilang lepas pantai./Bloomberg-Tim Rue

Bisnis.com, JAKARTA--Direktur Utama PT Pertamina Elia Massa Manik mempertanyakan rencana penambahan kapasitas kilang minyak dalam negeri di tengah mengemukanya penggunaan energi bersih.

Dalam kesempatan Rapat Dengar Pendapat di Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat, Senin (28/8/2017), pihaknya mempertanyakan tentang rencana penambahan kapasitas kilang sekitar 1 juta barel per hari(bph) dengan membangun enam kilang.

Dia menilai penambahan kapasitas dari 800.000 bph menjadi sekitar 2 juta bph di 2025, perlu dirasionalisasi dengan sejumlah rencana pemerintah untuk mengembangkan energi bersih di sektor transportasi.

"Dulu komunikasi, apakah 1 juta kalau teknologi EBT (energi baru terbarukan/EBT) ini jadi kenyataan?" ujarnya.

Sebagai contoh, dia menyebut Jepang memiliki kapasitas kilang sebesar 4,8 juta bph dan saat ini 3,3 juta bph. Rasionalisasi rencana, katanya, akan membantu agar infrastruktur yang terbangun bisa dimanfaatkan secara optimum.

"Ini pentingnya perencanaan, jangan dibikin tahu-tahu nganggur," katanya.

Sementara, belum lama ini, pemerintah telah menyampaikan rencana agar pada 2040 tak ada lagi penjualan mobil berbahan bakar minyak.

Bila memang arah kebijakan pemerintah menuju penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan, menurut Elia, tak bisa dihindari karena kebijakan serupa dijalankan di negara lain bahkan di moda transportasi lain seperti perkapalan di Norwegia dan truk di Jepang yang harus menggunakan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG).

Selain gas, katanya, tak menutup kemungkinan bahwa bahan bakar untuk sektor transportasi bisa menggunakan energi lain seperti cahaya matahari hingga listrik yang saat ini masih dibahas beleidnya yang nantinya akan diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres).

"Ke mana larinya 2 juta kapasitas, satunya lari ke gas. Di Jepang, long truck, di Norway shipping pakai LNG. Nanti finalnya ke EBT (energi baru terbarukan/EBT) yang lain, seperti solar energy dan listrik," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini