Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Harda International Tbk. telah mendapatkan restu dari para pemegang saham untuk melakukan aksi korporasi penerbitan saham baru atau rights issue dengan hak memesan efek terlebih dulu (HMETD) senilai Rp100 miliar.
Aksi korporasi itu menjadi tahapan awal perseroan untuk meningkatkan modal inti dan bisa naik kelas menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) II.
Perseroan pun sudah mendapatkan persetujuan dari seluruh pemegang saham untuk melakukan aksi rights issue HMETD tersebut.
Direktur Utama Bank Harda Barlian Halim mengatakan, aksi rights issue dengan skema hak memesan efek terlebih dulu (HMETD) senilai Rp100 miliar itu sebagai salah satu tahap awal untuk mendorong permodalan agar bisa naik kelas.
“Namun, kan tidak bisa hanya terus-terusan suntik modal, tetapi juga diiringi dengan ekspansi kredit,” ujarnya saat ditemui Bisnis setelah rapat umum pemegang saham luar biasa pada Rabu (30/8/2017).
Barlian menuturkan, dengan tambahan modal itu, perseroan berencana terus menjaga rasio kecukupan modal atau capital adequacy rasio (CAR) sekitar 20%. Lalu, dengan modal baru itu, perseroan memiliki ruang ekspansi kredit sebesar Rp500 miliar dengan tetap menjaga CAR di kisaran 20%.
“Nanti, ketika kami sudah mencapai ekspansi Rp500 miliar, mungkin akan ada suntikan modal lagi agar tetap bisa terus ekspansi dengan CAR tetap terjaga di kisaran 20%,” tuturnya.
Dia pun mengakui, untuk bisa tetap bersaing, kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) I itu harus bisa naik kelas minimal menjadi BUKU II.
“Untuk itu, kami juga berusaha untuk bisa ke arah sana, dari sisi pemegang saham pun siap menambah modal secara bertahap dan mereka masih komitmen untuk itu,” ujarnya.
Sampai Juni 2017, Bank Harda mencatatkan penurunan kredit sebesar 0,31% menjadi Rp1,49 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Dari sisi dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami penurunan sebesar 0,42% menjadi Rp1,65 triliun.
Dari sisi laba bersih mencatatkan kenaikan sebesar 7,64% menjadi Rp5,21 miliar dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Lalu, dari sisi rasio keuangan, CAR perseroan berada pada 22,42%, sedangkan posisi modal inti perseroan senilai Rp383,79 miliar atau membutuhkan sekitar Rp700 miliar lagi untuk bisa naik kelas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel