Lahan dan Akses Persulit Upaya XL Axiata Bangun Infrastruktur Seluler

Bisnis.com,04 Sep 2017, 15:21 WIB
Penulis: Agne Yasa
Menkominfo Rudiantara (kanan) bersama Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini (ketiga kiri) dan para siswa penerima donasi saat peluncuran Gerakan Donasi Kuota (GDK) di Jakarta, Selasa (29/8)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Permasalahan lahan dan akses menghambat upaya PT XL Axiata Tbk. dan operator telekomunikasi lain dalam membangun infrastruktur seluler.

Direktur Service Management Officer PT XL Axiata Tbk. (EXCL) Yessie D. Yosetya mengatakan hambatan utama pembangunan infrastruktur telekomunikasi baik pengembangan jaringan dalam skema bisnis maupun universal service obligation (USO) adalah perizinan dari pemerintah daerah dan restu dari masyarakat lokal.

Dia mengatakan hambatan itu coba diselesaikan oleh operator-operator telekomunikasi melalui sosialisasi dan dialog dengan pemerintah daerah setempat.

“Sebetulnya kalau pemda melihat dengan mereka bekerja sama dengan operator justru meningkatkan ekonomi, harusnya diberikan kemudahan untuk mengakusisi lahan, mendapat tempat, ini tidak,” kata Yessie.

membangun infrastruktur, terutama di wilayah terluar yang belum menguntungkan secara bisnis. Besar pungutan adalah 1,25% dari pendapatan kotor operator.

Kewajiban tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah no. 7/2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Komunikasi dan Informatika.

Pembangunan sebuah menara telekomunikasi atau base transceiver station diperkirakan membutuhkan investasi Rp600 juta—Rp700 juta.

VP Project Management XL Axiata I Gede Darmayusa menjelaskan hambatan di lokasi pembangunan muncul dalam bentuk penolakan dari komunitas tertentu, izin yang tidak diberikan, hingga kebijakan moratorium.

Infrastruktur yang sudah berdiri, lanjutnya, juga bisa dibongkar karena berbagai permasalahan. Warga setempat juga kerap meminta kompensasi yang berlebihan.

 “USO sekarang infrastruktur disiapkan pemerintah. Operator menyiapkan radio dan perangkatnya.”

Tantangan lain yang dihadapi operator adalah logistik, terutama di wilayah terluar yang aksesnya sulit. Permasalahan akses juga dihadapi saat melakukan pemeliharaan yang biasanya dilakukan setiap 3 bulan.

“[Setiap BTS diusahakan] ada temannya 5 sampai 10 jadi bisa dirawat bersama. Kalau satu, berat. Kami usahakan ada komunitasnya sehingga lebih mudah untuk rawat.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Demis Rizky Gosta
Terkini
'