Mata Uang Safe Haven Diburu, Rupiah Melemah

Bisnis.com,04 Sep 2017, 17:25 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Senin (4/9/2017), di saat mata uang lainnya di Asia bergerak variatif.

Rupiah ditutup melemah 0,16% atau 21 poin di Rp13.339 per dolar AS, setelah dibuka dengan pelemahan 0,21% atau 28 poin di Rp13.346. Adapun pada perdagangan Jumat (1/9), rupiah ditutup menguat 0,18% atau 24 poin di posisi 13.318 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.333 – Rp13.346 per dolar AS. Nilai tukar rupiah berakhir melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini di saat mata uang lainnya di Asia bergerak variatif.

Won Korea Selatan yang melemah 0,88% memimpin depresiasi kurs di Asia bersama rupiah. Di sisi lain, yen Jepang dan renminbi China masing-masing terapresiasi 0,64% dan 0,49% pada pukul 17.01 WIB.

Won Korea Selatan melemah setelah Korea Utara menyatakan berhasil menguji bom nuklir berkekuatan terdahsyat pada hari Minggu (3/9). Kabar ini serta merta mendorong minat terhadap aset safe haven, seperti yen, yang diuntungkan oleh kondisi ketidakpastian.

“Mata uang Asia umumnya dibuka melemah terhadap USD seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik pasca uji coba nuklir Korea Utara yang menyebabkan sentimen untuk aset berisiko di bawah tekanan,” kata Ken Cheung, pakar strategi FX senior di Mizuho Bank, seperti dikutip dari Bloomberg.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau melemah 0,35% atau 0,325 poin ke 92,489 pada pukul 16.51 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka turun 0,15% atau 0,137 poin di level 92,677, setelah pada perdagangan Jumat (1/9) berakhir menguat 0,16% di posisi 92,814.

“Meningkatnya ketegangan geopolitik telah menarik dolar di bawah level 110 yen dan meskipun kami terkejut dengan bagaimana peristiwa ini telah berlangsung dalam 48 jam terakhir, pasar tidak mungkin bereaksi banyak kecuali jika hal ini meningkat menjadi sebuah konflik,” kata pakar strategi valuta asing Commerzbank, Lan Nguyen, seperti dikutip dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini