Industri Kekurangan Pasokan Kakao

Bisnis.com,05 Sep 2017, 13:52 WIB
Penulis: N. Nuriman Jayabuana
Pekerja memeriksa buah kakao di Sunggal, Deli Serdang, Sumut, Selasa (8/1). /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Produksi biji kakao domestik belum mampu mengimbangi permintaan industri lokal kendati Indonesia sudah termasuk produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan kapasitas terpasang seluruh pabrikan pengolah kakao mencapai 800.000 ton per tahun. Tapi, kapasitas terpakai industri hanya sebesar 49% dari kapasitas terpasang. “Hal itu terjadi karena industri kekurangan bahan baku meskipun produk kakao merupakan salah satu produk prioritas,” ujarnya selepas menghadiri Pameran Hari Kakao Indonesia di Jakarta, Selasa (5/9/2017).

Kekurangan pasokan bahan baku itu juga dipengaruhi oleh rendahnya tingkat produktivitas lahan kakao. Produktivitas biji kakao di dalam negeri sebesar 0,3 ton—0,4 ton per hektare setiap tahun. Sementara itu, produktivitas lahan di negara-negara produsen biji kakao rata-rata mencapai 1 ton per hektare setiap tahun.

Biji kakao merupakan bahan baku bagi industri pengolahan kakao. Sejumlah produk turunan biji kakao antara lain cocoa cakecocoa butter, cocoa liquor, dan cocoa powder. Empat jenis produk tersebut merupakan bahan baku pembuat coklat.

Pergerakan nilai ekspor produk olahan kakao rata-rata mengalami penyusutan karena kelangkaan bahan baku. Nilai ekspor cocoa cake turun 17,3% dari senilai US$187,6 juta pada 2015, menjadi senilai US$155,2 juta pada 2016. Ekspor cocoa butter turun 3,9% dari senilai US$726,3 juta pada 2015, menjadi senilai US$ 697,9 juta pada 2016. Nilai ekspor cocoa liquor turun 21,9% dari senilai US$114,7 juta pada 2015 menjadi senilai US$89,6 juta pada 2016. Kenaikan nilai ekspor hanya terjadi pada produk cocoa powder sebesar 31,8% dari semula US$124,3 juta pada 2015, menjadi senilai US$163,9 juta pada 2016.

Pasar produk olahan kakao di Indonesia potensial untuk berkembang mengingat konsumsi kakao per kapita masih cukup rendah. Sebagai gambaran, konsumsi kakao Indonesia mencapai 0,4 kilogram per kapita. Adapun konsumsi kakao pada negara-negara  lain di Asean menembus 1 kilogram per kapita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ratna Ariyanti
Terkini