Bisnis.com, JAKARTA—Hingga semester pertama tahun ini, PT Adira Dinamika Multi Finance membukukan laba bersih sebesar Rp681 miliar atau tumbuh 15% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Keuangan PT Adira Dinamika Multi Finance (Adira Finance) I Made Dewa Susila mengatakan pertumbuhan laba ditopang oleh peningkatan pendapatan, serta penurunan beban bunga dan keuangan (cost of funds).
“Upaya efisiensi dan diversifikasi pendanaan untuk mencari sumber pendanaan yang lebih kompetitif juga menjadi faktor yang mendorong kenaikan laba,” kata Made disela-sela paparan kinerja semester I/2017 Adira Finance di Jakarta, Kamis (7/9).
Berdasarkan penjelasannya, hingga Juni 2017, total pendanaan yang diraih perseroan mencapai Rp21 triliun. Dari jumlah tersebut, sekitar 50% pendanaan berasal dari penerbitan obligasi, sedangkan 45% sisanya diperoleh dari pinjaman perbankan baik yang berasal dari dalam negeri (onshore loan), maupun dari sindikasi bank di luar negeri (offshore loan).
Terkait pendanaan offshore loan, dia menyatakan pihaknya telah mendapatkan fasilitas pinjaman sindikasi sebesar US$250 juta. Menurutnya, penerbitan pinjaman sindikasi itu mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sekitar 2,5 kali dari rencana awal.
Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan hingga akhir tahun ini, Made mengungkapkan pihaknya berencana untuk mencari pendanaan melalui penerbitan obligasi dan sukuk sekitar Rp1—1,5 triliun. Kendati demikian, dia menyatakan upaya mendapatkan pendanaan itu akan disesuaikan dengan penyaluran pembiayaan.
Sementara itu, Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli mengatakan hingga Agustus 2017, perseroan telah menyalurkan pembiayaan Rp21,2 triliun atau tumbuh 8% jika dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari total pembiayaan yang disalurkan, segmen motor baru masih menjadi penyumbang terbesar terhadap total pembiayaan dengan kontribusi sebesar Rp7,6 triliun.
Kemudian, disusul segmen mobil baru dengan pembiayaan sebesar Rp4,9 triliun, pembiayaan motor bekas Rp4,4 triliun, pembiayaan mobil bekas Rp3,8 triliun dan pembiayaan multipurpose Rp500 miliar.
“Pertumbuhan pembiayaan ditopang oleh peningkatan pembiayaan dari segmen multipurpose, mobil bekas, dan mobil baru,” jelasnya.
Sepanjang 2017, perusahaan pembiayaan dengan kode emiten ADMF itu menargetkan pertumbuhan pembiayaan di kisaran 5—10% jika dibandingkan capaian tahun sebelumnya. Pada 2016, perseroan menyalurkan pembiayaan baru sebesar Rp30,9 triliun.
Untuk mengejar target pembiayaan di semester kedua tahun ini, Hafid mengungkapkan pihaknya akan menjalin kerjasama dengan sejumlah mitra diler untuk menggelar pameran otomotif, serta menawarkan berbagai program promosi untuk menarik minat konsumen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel