UPAH BURUH TANI & BANGUNAN: Daya Beli Riil Harus Dijaga

Bisnis.com,17 Sep 2017, 19:12 WIB
Penulis: Dewi Aminatuz Zuhriyah
Buruh tani menyiram tanaman bawang merah di Tegal, Jawa Tengah, Rabu (2/8)./ANTARA-Oky Lukmansyah

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah disarankan untuk menjaga daya beli riil buruh tani dan bangunan dengan menjaga laju inflasi.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan bantuan sosial atau cash transfer.

Ekonom PT Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, deflasi dan inflasi memang mempengaruhi upah riil buruh, tetapi secara rata-rata IHK Januari-Agustus masih inflasi sebesar 3,8%.

"Kalau ada kenaikan upah riil karena satu atau dua kali deflasi tidak banyak membantu karena buruh akan menganggap upah yang seolah-olah naik ini hanya sementara," kata Lana, Minggu (17/9).

Idealnya, lanjut Lana, kenaikan upah nominal lebih besar dibandingkan dengan kenaikan inflasi. Jika angka inflasi 3,8%, kenaikan upah nominal harus lebih tinggi, minimal 6% sehingga ada sekitar 2% upah riil.

Dengan demikian, upah riil masyarakat akan selalu meningkat. Perlu diketahui, upah riil menggambarkan daya beli dari pendapatan atau upah yang diterima pekerja atau buruh. Nilai upah riil dihitung berdasarkan besarnya upah nominal dibagi dengan Indeks Harga Konsumen (IHK).

Tahun ini, tidak ada jaminan kenaikan upah buruh tersebut akan terus naik tiap bulannya sehingga tidak akan langsung mendongkrak kemampuan beli buruh.  Yang harus diperhatikan pemerintah saat ini yaitu menjaga daya beli riil dengan menjaga laju inflasi. Minimal jika ada penurunan upah riil, efeknya tidak berlebihan.

Dia menegaskan jika kenaikan upah buruh disebabkan oleh deflasi sebenarnya bukan hal yang sehat. "Deflasi itu tidak diinginkan oleh banyak perusahaan, karena itu artinya permintaan turun," kata Lana.

Dia melihat sifat deflasi ini hanya sementara. Adapun cara untuk mendongkrak upah nominal terbilang sulit saat ini di tengah permintaan barang dan jasa dari konsumen yang cenderung lemah. Salah satu cara adalah pemberian bantuan sosial atau cash transfer. Namun, bantuan sosial tidak bisa diberikan terus menerus karena harus ada upaya lebih dari pemerintah.

"Salah satu cara ya menjaga inflasi tumbuh lebih rendah lagi, kalau upah nominal tumbuh 4%. Inflasi jangan sampai 4%," tegasnya.

Tahun ini, Lana mengungkapkan pihaknya melihat inflasi akan tumbuh pada kisaran 3,86%. Sementara itu, dia memproyeksikan inflasi akan bergerak turun pada 2018 ke kisaran 3,6%. Akan tetapi, ekspektasi inflasi rendah tersebut dengan catatan khusus, yakni selama pemerintah tidak menaikkan harga BBM, listrik, gas, dan terus menerapkan HET (harga eceran tertinggi) untuk bahan pangan pokok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Achmad Aris
Terkini