Jenderal Min Aung : Etnis Rohingya Tak Punya Akar di Myanmar

Bisnis.com,18 Sep 2017, 10:06 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Seorang pria Rohingya membawa barang-barangnya ke arah perbatasan Myanmar-Bangladesh di Bandarban./Reuters

Kabar24.com, JAKARTA - Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing mengajak warga dan media Myanmar untuk bersatu menghadapi isu Rohingya dan menuding etnis tersebut tidak punya akar di negaranya.

Menurutnya, Rohingya tidak pernah menjadi kelompok etnik di Myanmar dan menuduh kaum ekstremis berupaya untuk menguasai negara bagian Rakhine. Bahkan dia menyalahkan kaum Rohingya atas krisis yang menyebabkan ratusan ribu orang mengungsi ke Bangladesh.

Jenderal Min menyebut operasi militer dimulai setelah 93 kali bentrokan dengan ekstremis Bengali, merujuk pada kelompok Tentara Pembebasan Rohingya Arakan (ARSA) yang dimulai 25 Agustus lalu.

Kekerasan yang dilakukan ARSA, ujarnya, merupakan upaya terorganisir untuk membangun basis kekuatan di negara bagian Rakhine.

"Mereka meminta diakui sebagai Rohingya, yang tidak pernah menjadi sebuah kelompok etnik di Myanmar. Isu (orang) Bengali merupakan sebuah masalah nasional dan kita harus bersatu untuk menegakkan kebenaran," sebut Jenderal Min Aung Hlaing sebagimana dikutip channelnewsasia.com, Senin (19/9/2017).

Militer Myanmar yang dipimpinnya dituduh menargetkan warga sipil dalam serangan yang menyebabkan orang Rohingya mengungsi ke negara tetangga.
Myanmar membantah tuduhan ini, dan mengatakan tindakan itu merupakan respon atas serangan yang dilakukan kelompok milisi ARSA.

Sebelumnya, Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi memiliki kesempatan terakhir untuk menghentikan serangan militer Myanmar terhadap etnik Rohingya.

"Jika dia tidak membalikkan situasi saat ini, maka saya pikir tragedi itu akan sangat mengerikan, dan sangat disayangkan saya tidak dapat melihat bagaimana ini dapat diselesaikan di masa mendatang," ujar Guterres.

PBB memperingatkan serangan terhadap Rohingya yang sebagian besar merupakan warga Muslim dianggap sebagai pembersihan etnis.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nancy Junita
Terkini