Polemik Biaya Uang Elektronik, Bankir Beralasan Seperti Ini!

Bisnis.com,18 Sep 2017, 18:15 WIB
Penulis: Surya Rianto
Pengendara melakukan transaksi pembayaran tol non-tunai di gerbang tol Pejompongan, Jakarta, Selasa (12/9)./ANTARA-Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA -- Pro dan kontra penetapan biaya isi ulang uang elektronik terus menghangat. Dari sisi bankir pun menyarankan untuk melihat dari sisi yang lain terkait penetapan biaya uang elektronik.

Direktur Konsumer PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Anggoro Eko Cahyo menekankan, jangan selalu melihat dari sisi seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk biaya isi ulang yang elektroniknya, tetapi lihat seberapa besar efisiensi yang bisa didapatkan dari penggunaan transaksi nontunai dengan uang elektronik.

"Kan mikirnya dengan dikenakan biaya isi ulang uang elektronik, bisa semakin seberapa besar kami semakin efisien dalam bisnis tersebut? Padahal yang merasakan efisiensi itu juga dari sisi nasabah," ujarnya, Senin (18/9/2017).

Anggoro menegaskan, dengan menggunakan transaksi uang elektronik, nasabah atau masyarakat juga akan merasakan efisiensi yang besar.

"Misalnya, untuk transaksi pembayaran jalan tol dengan uang elektronik kan jadinya tidak perlu mengantri lagi, berapa bensin dan waktu yang bisa dihemat tuh," tegasnya.

Dia melanjutkan, lewat transaksi tunai biasa, banyak biaya-biaya yang muncul tanpa disadari. Hal itu bisa diatasi lewat transaksi menggunakan uang elektronik.

Baca juga
BTN Respons Cepat

"Jadi, apapun keputusan untuk biaya isi ulang uang elektronik yang sekitar Rp1.000 sampai Rp2.000 akan jauh lebih kecil ketimbang biaya yang tidak disadari ketika transaksi tunai. Regulator dalam hal ini Bank Indonesia (BI) pasti juga sudah punya pertimbangan yang matang," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini