Bisnis.com, HONG KONG - Sektor asuransi dinilai lebih tahan terhadap disruptive innovation yang mulai menggerogoti berbagai lini bisnis saat ini. Pasalnya, asuransi merupakan bisnis layanan jangka panjang yang tetap membutuhkan pendampingan personal.
Ng Keng Hooi, Group Chief Executive dan Presiden AIA Group, menuturkan bahwa karakter bisnis asuransi berbeda dengan bank atau transportasi yang mulai mengalami dampak kehadiran disruptive innovation. Calon nasabah asuransi, paparnya, tetap membutuhkan pencerahan dan informasi yang lengkap sebelum memutuskan untuk membeli asuransi.
"Kami tetap waspada terhadap disruptive. Namun, jika melihat perusahaan Internet biasanya mereka bermain di sektor yang tidak banyak aturan, sementara asuransi ini banyak aturan," ujarnya di Hong Kong, Rabu (27/9/2017).
Ng Keng Hooi berpendapat, produk asuransi sangat berbeda dengan produk perbankan. Kredit umumnya sangat dibutuhkan konsumen sehingga dapat mencari dan membandingkan suku bunga yang ditawarkan bank. Pada sisi lain, menurutnya, konsumen membutuhkan pengaruh agen atau orang lain untuk membeli asuransi.
Nasabah, jelasnya, tidak tiba-tiba kemudian membeli asuransi untuk proteksi personal ataupun keluarga. Butuh proses menyadarkan nasabah terkait pentingnya proteksi sebelum akhirnya berkomitmen untuk membeli asuransi.
“Asuransi jiwa itu suatu produk yang dibutuhkan konsumen tapi bukan suatu yang sangat dia inginkan. Itu menjadi alasan asuransi tetap membuthkan face to face,” tambahnya.
Dia mengklaim AIA berinvestasi besar untuk mengembangkan teknologi sehingga pelayanan bagi nasabah menjadi semakin baik. Dia menuturkan, di beberapa negara tempat AIA beroperasi, pelayanan asuransi sudah dapat dilakukan secara digital alias tanpa membutuhkan kertas.
“Kami menggunakan teknologi untuk membantu operasional menuju ke otomatisasi dan paperless,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel