Disrupsi Ekonomi Digital Belum Sampai ke Sektor Manufaktur

Bisnis.com,03 Okt 2017, 16:44 WIB
Penulis: N. Nuriman Jayabuana
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto/Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Pengembangan ekonomi digital diyakini tak menggerus kinerja sektor manufaktur meski pun efek disrupsi mulai terasa pada sektor perdagangan.

Disruption dari digital economy itu masih terbatas karena pengaruhnya pada sektor manufaktur masih same old story saja. Dan memang sebenarnya tidak usah terlalu takut dengan disruption, kalau bagi saya economy digital itu sebatas transformasi,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam Rakornas Kadin 2017 di Jakarta, Selasa (3/10/2017).

Menurutnya, pabrikan domestik tak perlu takut menghadapi menghadapi ekonomi digital karena pengaruh pesatnya perkembangan ekonomi digital berbeda dengan negara-negara lain. “Pengaruh ekonommi digital di sini pengaruhnya berbeda dengan di luar negeri. Efisiensi rantai pasok terjadi dan memberdayakan lebih banyak orang,” ujarnya.

Airlangga menyatakan kelak pengembangan industri bakal bertopang pada ekonomi digital. Pemerintah memfokuskan pengembangan ekonomi digital pada subsektor yang memberdayakan produk usaha kecil menengah.

Future economy digital kita kepada yang produk industri kecil menengah, benchmark-nya seperti Singapura. Hanya bedanya Singapura sama sekali tidak punya basis manufaktur yang kuat,” ujarnya.

Menurutnya, pemerintah RI tengah menjalin kerja sama dengan Singapura untuk mengembangkan pemasaran produk industri berbasis ekonomi digitial ke pasar Asean. Langkah tersebut bertujuan untuk memperluas pasar bagi pabrikan lokal.

“Asean itu pasarnya 600 juta penduduk, di Indonesia saja cuma 200 juta. Ada kesepakatan dengan Singapura untuk membuka pasar e-commerce di Asean, supaya mobilisasi berbagai barang dan jasa mudah berpindah di dalam kawasan pada threshold tertentu. Bebas pungutan tunai dan pajak asalkan sesuai standar bersama. Mungkin yang bisa didorong terlebih dulu adalah produk makanan minuman,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan pemerintah belum menetapkan sikap yang mesti diambil dalam menghadapi pengembangan ekonomi digital. Sebab data pertumbuhan perdagangan e-commerce belum terdeteksi secara baik sehingga menyulitkan untuk melihat pengaruhnya terhadap ekonomi domestik secara menyeluruh.

“Apakah betul-betul mesti kita buka lebar, tutup sebagian atau tutup sepenuhnya. Tapi kalau saya, jangan melihat ekonomi digital itu sebagai sebuah ancaman, meski memang tidak bisa juga buka sepenuhnya untuk asing tanpa melakukan berbagai persiapan,” ujarnya.

Hanya saja, pemanfaatan ekonomi digital pada sektor perdagangan telah mampu meredam ekonomi biaya tinggi pada komoditas tertentu. “Digital economy setidaknya memutus banyak mata rantai pasok bahan pangan. Dengan demikian harga akhir di konsumen bisa menjadi jauh lebih rendah,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ratna Ariyanti
Terkini