Australia Minta Pertukaran Bea Masuk

Bisnis.com,11 Okt 2017, 19:09 WIB
Penulis: Regi Yanuar Widhia Dinnata
Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu. /Ilustrasi-Bisnis.com-WD

Bisnis.com, JAKARTA—Australia meminta Indonesia mempertimbangkan pertukaran bea masuk 0% untuk tiga komoditas ekspor masing-masing negara.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan Australia meminta tiga komoditas ekspor mereka seperti susu (skim milk dan skim milk powder), copper cathode, serta baja (hot rolled coil & cold rolled coil) agar bebas bea masuk ke Indonesia. Adapun sebagai pertimbangan tersebut, Australia memberi tawaran bea masuk sebanyak 0% untuk tiga komoditas unggulan Tanah Air.

"Mereka menawarkan untuk ditukar dengan tekstil,  footwear [alas kaki], dan clothing [pakaian] bea masuknya menjadi 0%. Sebagai gantinya mereka ingin ketiga komoditasnya bebas bea masuk juga," kata Airlangga kepada jurnalis di sela-sela kunjungan Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia ke Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Rabu (11/10/2017).

Menurutnya, pembebasan bea masuk ke Australia untuk ketiga komoditas seperti tekstil, alas kaki, dan pakaian dapat menjadi potensi yang besar bagi industri Indonesia untuk terus bertumbuh. Langkah ini membuka pasar tekstil dan produk tekstil (TPT) semakin luas dan kuat.

"China saat ini saja kan sudah 0%, sedangkan kita [Indonesia] ekspor ke Amerika dan Eropa kena bea masuk. Dengan ini maka daya saing Indonesia akan terus meningkat," katanya.

Kendati demikian, Airlangga menambahkan barter ketiga komoditas dari masing-masing negara perlu dipertimbangkan kembali. Dia menilai barter tersebut harus diperhitungkan kembali keuntungan serta kerugiannya.

Sementara itu, Harijanto, Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kemenperin, mengatakan Indonesia dapat memakai skema investasi dengan cara Australia diharuskan untuk menanamkan modal terlebih dahulu di Tanah Air sebelum mendapatkan bea masuk 0%.

"Bahan baku boleh saja dari mereka ke kita, akan tetapi investasi harus masuk sehingga ada transfer teknologi. Dengan begitu walaupun kita masih impor bahan baku, tetapi memiliki kemungkinan untuk ekspor produk turunannya," katanya.

Namun, dia menambahkan bila Australia menilai skema investasi tersebut terasa berat untuk terealisasi. Hal ini karena Australia membutuhkan biaya tambahan yang cukup besar untuk menanamkan modal di Indonesia.

Indonesia saat ini adalah mitra dagang ke-13 terbesar Australia. Total perdagangan Indonesia dengan Australia pada 2016 senilai US$8,45 miliar. Ekspor Indonesia tercatat senilai US$3,19 miliar dan nilai impor US$5,26 miliar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ratna Ariyanti
Terkini