Jelang Kongres Partai Komunis, Indeks Hang Seng Reli Hari Ketiga

Bisnis.com,16 Okt 2017, 16:25 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Tren Pergerakan Indeks Hang Seng dan Indeks Entreprise China saat penutupan pasar di Bursa di Hong Kong, Rabu (8/7/2015). /Reuters.

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks saham acuan Hong Kong memperpanjang penguatannya pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut, Senin (16/10/2017), mengekor reli pasar di Asia serta didorong proyeksi pertumbuhan ekonomi yang kuat untuk China.

Indeks Hang Seng ditutup menguat 0,76% atau 216,37 poin di 28.692,80, kisaran level tertingginya dalam 10 tahun. Pagi tadi, indeks Hang Seng dibuka dengan kenaikan 0,65% atau 185,55 poin di posisi 28.661,98.

Sebanyak 40 saham menguat, 6 saham melemah, sedangkan 4 saham stagnan dari 50 saham yang diperdagangkan di Hang Seng hari ini.

Saham Hong Kong Exchanges & Clearing Ltd. yang melesat 2,73% memimpin penguatan saham pada indeks Hang Seng di akhir perdagangan, diikuti CK Asset Holdings Ltd. (+2,62%) dan Want Want China Holdings Ltd. (+2,40%).

Gubernur People’s Bank of China (PBOC) Zhou Xiaochuan menyatakan bahwa ekonomi negeri tirai bambu diperkirakan akan tumbuh 7% pada paruh kedua tahun ini, meningkat dari semester sebelumnya sekaligus bertentangan dengan perkiraan atas adanya perlambatan.

Proyeksi pertumbuhan oleh Zhou mengikuti kuatnya data pinjaman dan inflasi untuk bulan September serta lebih bullish daripada perkiraan pasar. Di sisi lain, sebagian besar ekonom melihat kemungkinan perlambatan mulai pada kuartal keempat.

“Kami pikir prospek pasar secara umum adalah perlambatan ekonomi secara ‘sederhana’ dalam enam bulan ke depan,” ujar pakar strategi untuk China dari UBS Securities, Gao Ting, seperti dikutip dari Reuters.

Sementara itu, investor dipastikan akan memantau Kongres Partai Komunis China yang dimulai pada Rabu pekan ini (18/10), dimana Presiden Xi Jinping diperkirakan akan membentuk arah masa depan negara tersebut untuk lima tahun ke depan.

“Terkait Kongres, kami mengharapkan adanya konsistensi kebijakan. Akan mengkhawatirkan jika bukan itu permasalahannya,” ujar Catherine Yeung, Direktur Investasi dari Fidelity International.

“Salah satu risiko terbesar dapat terkait properti yang tetap menjadi jangkar bagi ekonomi China,” lanjutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini