Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Ketiga Melambat, Bursa China Lesu

Bisnis.com,19 Okt 2017, 15:26 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
Bursa Shanghai Composite Index/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan sejumlah indeks saham acuan China melemah pada akhir perdagangan hari ini, Kamis (19/10/2017), menyusul rilis data pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan perlambatan pada kuartal ketiga.

Indeks CSI300 di Shenzhen yang berisi saham-saham bluechip berakhir melemah 0,33% atau 12,91 poin di level 3.931,25, setelah dibuka turun 0,09% atau 3,58 poin di posisi 3.940,58.

Adapun indeks Shanghai Composite ditutup melemah 0,34% atau 11,62 poin di level 3.370,17, setelah dibuka turun 0,21% atau 7,15 poin di posisi 3.374,64.

Mayoritas sektor pada indeks melemah hari ini.

Kinerja perusahaan pengembang turun 0,9%, menyusul data yang menunjukkan penjualan properti turun untuk pertama kalinya sejak Maret 2015 pada September sedangkan perumahan mulai melambat secara tajam.

Di tengah meningkatnya optimisme pada perekonomian China dalam Kongres Partai Komunis China, laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negara ini justru melambat pada kuartal III/2017.

Biro Statistik Nasional China (NBS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi kuartal III/2017 tumbuh 6,8% atau melambat dari dua kuartal sebelumnya yang statis pada posisi 6,9%.

Perlambatan tersebut di antaranya dipicu oleh kebijakan pemerintah yang berusaha mengendalikan pasar properti nasional dan menekan laju pertumbuhan utang domestik.

Realisasi PDB China sepanjang tahun ini membuat para pelaku pasar bertanya-tanya terkait optimisme yang dllontarkan oleh Gubernur Bank Sentral China (PBOC) Zhou Xiaochuan awal pekan ini.

Kala itu dia optimistis pertumbuhan ekonomi China akan mencapai 7% paruh kedua tahun ini.

“Sampai batas tertentu, komentar Zhou telah mengganggu ekspektasi pasar,” kata Li Huiyong, ekonom di Shenwan Hongyuan Securities Co., seperti dikutip dari Reuters.

Sementara pertumbuhan full-year 2017 harus dengan mudah melampaui target pemerintah sekitar 6,5%, para ekonom percaya momentum akan hilang tahun depan akibat tindakan pendinginan properti dan tindakan keras terhadap jenis pinjaman yang berisiko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini