3 TAHUN JOKOWI-JK: Nilai 4 Bank BUMN Ini Meroket Rp252 Triliun

Bisnis.com,23 Okt 2017, 11:42 WIB
Penulis: Yodie Hardiyan
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo (dari kiri), Dirut Bank BNI Achmad Baiquni, Dirut Bank BRI Suprajarto, dan Dirut Bank BTN Maryono menghadiri acara Implementasi Terintegrasi Program Pemerintah di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Senin (9/10)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Kapitalisasi pasar empat bank BUMN di Bursa Efek Indonesia melonjak Rp252 triliun selama 3 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Menurut data yang dihimpun Bisnis, kapitalisasi pasar 20 BUMN bertambah Rp330 triliun menjadi Rp1.644 triliun per Jumat (20/10/2017) dibandingkan dengan Rp1.314 triliun pada akhir Oktober 2014.

20 Oktober 2014 merupakan tanggal Joko Widodo dan Jusuf Kalla dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI. Jokowi merupakan presiden yang berambisi untuk membangun lebih banyak infrastruktur fisik di Indonesia.

Dalam 3 tahun terakhir, kapitalisasi pasar 14 dari 20 saham BUMN meningkat dan sebaliknya, enam saham BUMN lainnya menurun.

Dari 14 saham itu, kapitalisasi pasar saham bank BUMN meningkat paling besar. Sampai akhir pekan lalu, kapitalisasi pasar saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. tercatat sebesar Rp883 triliun.

Jumlah tersebut meningkat Rp252 triliun dibandingkan dengan Rp631 triliun pada akhir Oktober 2014. Seperti diketahui, bank BUMN juga banyak terlibat dalam penyaluran kredit untuk sektor infrastruktur dan kegiatan perekonomian lainnya.

Harga saham bank BUMN diyakini akan terus meningkat. Salah satu saham bank BUMN yang menjadi perhatian adalah BBNI karena baru saja mengumumkan kinerja keuangan per kuartal III/2017. 

Alexander Margaronis, analis UOB Kay Hian Sekuritas, mencatat laba bersih BNI mencapai Rp10,1 triliun. Kinerja tersebut dianggap sesuai estimasi pihaknya maupun konsensus.

“Tapi, kuartal III/2017 adalah kuartal terlambat sejauh ini. Momentum pertumbuhan pinjaman melambat karena penyaluran pinjaman infrastruktur yang lebih besar berlangsung pada semester I/2017,” paparnya melalui publikasi yang dirilis belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Maftuh Ihsan
Terkini