Stok Turun, Harga CPO Bisa Naik Awal 2018

Bisnis.com,03 Nov 2017, 19:36 WIB
Penulis: Sri Mas Sari
The 12th Indonesian Palm Oil Conference and 2017 Price Outlook, di Nusa Dua, Bali, Jumat (25/11/2016)./Bisnis

Bisnis.com, BADUNG -- Harga minyak sawit mentah diprediksi melompat dari US$735 per ton tahun ini ke posisi US$800 per ton pada Januari 2018 sejalan dengan penurunan stok meskipun produksi meningkat.

Sebagai pembanding, harga CPO Rotterdam US$737 per ton berdasarkan basis cost, insurance, and freight (CIF), Jumat (3/11/2017) sore.

Dorab Mistry, analis minyak nabati Godrej International Ltd., mengatakan perkiraaan harga itu didasarkan pada beberapa asumsi, yakni harga minyak mentah Brent naik dari US$45 menjadi US$65 per barel dan pengetatan bertahap suku bunga the Fed yang diikuti kenaikan suku bunga pinjaman.

Di samping itu, kurs dolar Amerika Serikat diasumsikan menguat terhadap mata uang Brasil, Argentina, dan India, serta kebijakan perdagangan Negeri Adikuasa itu.

"Mulai Januari 2018, stok akan turun setiap bulan dan kita akan melihat stok paling ketat yang pernah terjadi," paparnya dalam Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2017 di Nusa Dua, Bali, Jumat (3/11/2017).

Bahkan menurut dia, harga CPO bisa menanjak ke posisi US$850 per ton jika panen kedelai di Amerika Latin, rapeseed di Eropa, dan biji bunga matahari di Ukraina, tidak menggembirakan.

Mistry menambahkan harga RBD olein bisa menyentuh US$750 per ton menggunakan basis free on board (FOB). "Jika panen kedelai di Amerika Selatan terpengaruh, harga bisa naik US$50 per ton," ujarnya.

Dia mempertahankan proyeksi produksi Indonesia yang naik dari 36,5-37 juta ton tahun depan, sedangkan Malaysia hampir 20 juta ton.

Secara jangka panjang, Mistry meramal harga minyak sawit akan menanjak lebih tinggi pada 2021-2022 menyusul keterbatasan areal untuk ekspansi. Pasalnya, Malaysia telah jenuh. Pada saat yang sama, Indonesia menerapkan moratorium sehingga ekspansi melambat dari 500.000 hektare menjadi 150.000 ha per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini