LAPORAN DARI NORMANDIA, PRANCIS: Tapak Tilas Operasi Militer D-Day

Bisnis.com,10 Nov 2017, 16:05 WIB
Penulis: Linda Teti Silitonga
Monumen mengenang jasa pahlawan yang melakukan operasi militer di Pantai Utah./.Bisnis-Linda T. Silitonga

Bisnis.com, Normandia, PRANCIS- Melakukan perjalan ke Normandia yang merupakan salah satu wilayah di Prancis, tentunya tidak melewatkan sejarah yang tertoreh di Pantah Utah.

Pantai Utah./.Bisnis-Linda T. Silitonga

Atas undangan kapal pesiar Uniworld Boutique River Cruise yang memiliki kamar setara hotel bintang lima, Bisnis.com berkesempatan mendatangi tempat bersejah yang ada di Normandia tersebut.

Kapal pesiar Uniworld./.Bisnis-Linda T. Silitonga

Bisnis.com mengunjungi Prancis juga diundang oleh maskapai penerbangan Singapore Airlines untuk terbang dari Jakarta ke Paris, dan menginap di hotel butik Le Roch yang ada di pusat kota Paris, untuk selanjutnya mengikuti paket perjalanan 8 hari Paris-Normandia (5-12 November 2017) dengan menggunakan kapal Uniworld.

Dengan didampingi pemandu wisata, sejarah di Pantai Utah dipaparkan. Mulai dari lokasi pendaratan pasukan Sekutu, penyerangan gudang senjata Jerman, dan taman makam pahlawan.

 

 

Seperti diketahui, pendaratan militer terbesar yang dilakukan pasukan sekutu pada 6 Juni 1944 (D-Day) di pantai Normandia tersebut, menentukan arah sejarah dunia, karena merupakan salah satu operasi militer yang paling menentukan kejatuhan Nazi Jerman pimpinan Adolf Hitler.

Tidak sedikit yang berpendapat Jerman bisa saja memenangkan perang, jika ada yang berani membangunkan Hitler.

 

Padahal kabar kemungkinan mendaratnya pasukan sekutu di pantai Normandia pada pukul 04.00 pagi diterima markas besar Hitler pada 6 Juni 1944, tak seorang pun staf Hitler berani membangunkan sang pemimpin.

Gudang penyimpanan senjata bagi tentara Jerman./.Bisnis-Linda T. Silitonga

Dinginya udara, yang diperkirakan di bawah 15 derajat Celcius, disertai hujan, memberikan gambaran bagaimana gigihnya pada tentara yang bermarkas di sekitar Pantai Utah.

Baju hangat tebal, selendang yang terlilit di leher, dan sarung tangan, tidak mampu mengusir rasa dingin tersebut.

"Ini bukan hari yang paling buruk buat saya ya. Saya pernah ke sini saat ada bada," kata pemandu wisata yang mengenakan payung warna merah untuk membangkitkan kembali semangat rombongan wisatawan yang dibawanya untuk terus berjalan.

Bersama melakukan tapak tilas sejarah.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Linda Teti Silitonga
Terkini