Sektor Teknologi Tertekan, Wall Street Ditutup Melemah

Bisnis.com,10 Nov 2017, 05:59 WIB
Penulis: Aprianto Cahyo Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada hari Kamis, (9/11/2017), terbebani oleh pelemahan saham Microsoft dan sektor teknologi.

Investor mengalihkan perhatian mereka pada rencana anggota Senat partai Republik yang akan menunda pengesahan RUU pemotongan pajak perusahaan yang sangat dinantikan.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,43% ke level 23.461,94, sementara indeks Standard & Poor’s 500 turun 0,38% ke 2.584,62 dan Nasdaq Composite turun 0,58% ke 6.750,05.

Indeks S&P 500 telah melonjak sekitar 21% sejak pemilihan Presiden Donald Trump setahun yang lalu, didorong oleh janjinya untuk memangkas pajak perusahaan dan tindakan terkait bisnis lainnya.

Namun, Anggota Senat dari partai mengumumkan sebuah proposal pajak yang sangat berbeda mengenai pemotongan pajak bagi perusahaan, bisnis dan individu dari undang-undang yang dirinci oleh rekan-rekan mereka di parlemen.

Dilansir Reuters, proposal Senat tersebut termasuk menunda pemotongan pajak perusahaan menjadi 20% yang dimulai tahun 2019 dan memberikan pemilik usaha kecil dengan pengurangan, bukan pajak khusus.

"Sudah setahun sejak pemilihan, kami telah mencapai 22% dengan harapan pada agenda Trump, dan sementara mereka (pemerintah) mencoba untuk mencapai hal tersebut, mereka belum banyak melakukan kemajuan," kata Michael. O'Rourke, kepala analis JonesTrading, seperti dikutip Reuters.

"Jika kemajuan tidak dilakukan, pasar saham harus berhenti atau terkoreksi sampai ada kemajuan yang terlihat," lanjutnya.

Enam dari 11 sektor indeks S&P 500 turun, dengan sektor industri turun 1,28% dan sektor teknologi melemah 0,85%. Saham Apple, Microsoft, Alphabet, Oracle dan Facebook termasuk di antara saham penekan utama pada indeks.

Teknologi telah menjadi sektor indeks S&P 500 dengan kinerja terbaik sepanjang tahun ini, dengan kenaikan 37%. Valuasi sektor yang membentang membuatnya rentan terhadap aksi jual karena investor khawatir bahwa pengurangan pajak yang dijanjikan mungkin tidak akan muncul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fajar Sidik
Terkini