Aksi Jual Bebani Pasar Asia Pagi Ini

Bisnis.com,15 Nov 2017, 08:16 WIB
Penulis: Renat Sofie Andriani
BUrsa Asia/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Aksi jual ekuitas global berlanjut di Asia di tengah tanda-tanda kelebihan suplai pada komoditas serta tumbuhnya kekhawatiran bahwa nilai saham menjadi terlalu mahal, seiring dengan ketidakpastian mengenai reformasi pajak Amerika Serikat (AS).

Indeks Topix Jepang melemah 1% pada pukul 9.30 pagi waktu Tokyo (pukul 7.30 WIB), sedangkan indeks Nikkei 225 Stock Average turun 0,7%. Indeks Kospi Korea Selatan turun 0,5% dan indeks S&P/ASX Australia turun 0,4%.

Adapun indikator indeks S&P 500 dikabarkan lanjut turun 0,2% setelah berakhir melemah 0,2% pada perdagangan Selasa (14/11).

Saham pertambangan, minyak, dan logam mengalami pelemahan terbesar pada indeks Topix Jepang pagi ini. Indeks komoditas Bloomberg mencatatkan penurunan terbesar dalam enam bulan dan minyak mentah memperpanjang pelemahannya setelah International Energy Agency (IEA) memangkas proyeksi permintaan serta memperingatkan pasar global akan berlanjutnya kelebihan pasokan.

Di sisi lain, pertumbuhan yang kuat di Jerman dan Italia menopang performa mata uang euro, sedangkan dolar AS menyentuh level terendahnya dalam tiga pekan seiring dengan kenaikan obligasi AS.

Dilansir Bloomberg, pergerakan saham global hanya mengalami sedikit kenaikan bulan ini akibat kurangnya perkembangan dalam upaya reformasi pajak AS. Rekor yang dicatatkan sejumlah pasar baru-baru ini juga membatasi minat terhadap investasi berisiko.

Dalam risetnya hari ini, ekonom Goldman Sachs Group Inc. menuliskan bahwa perdebatan antara pihak DPR dan Senat terkait versi pemangkasan pajak AS bergerak lebih cepat dari perkiraan. Spekulasi bahwa reformasi pajak akan diberlakukan pada awal tahun depan terdorong menjadi 80% dari sebelumnya 65%.

Dari Jepang dikabarkan, ekonomi tumbuh untuk kuartal ketujuh berturut-turut, ekspansi terpanjang sejak 2001, ditopang stimulus fiskal pemerintah dan pelonggaran moneter Bank of Japan yang masif.

Pemulihan ekspor berikut keyakinan bisnis yang meningkat mengimbangi penurunan belanja konsumen sekaligus menopang kenaikan produk domestik bruto (PDB) sebesar 1,4% pada kuartal ketiga dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Perhatian pasar kemudian beralih pada rilis data harga konsumen dan penjualan ritel AS pekan ini demi mendapatkan petunjuk mengenai kekuatan negara berekonomi terbesar di dunia tersebut, menyusul pergerakan flat kurva imbal hasil Amerika yang meningkatkan kekhawatiran bahwa pertumbuhan akan melambat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Mia Chitra Dinisari
Terkini