Pabrikan Baja Didorong Lakukan Merger dan Akuisisi

Bisnis.com,16 Nov 2017, 14:08 WIB
Penulis: N. Nuriman Jayabuana
Kawat baja/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA—Pabrikan baja di dalam negeri perlu berekspansi dengan lebih banyak mengutamakan merger dan akuisisi.

Ketua Umum Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (The Indonesian Iron and Steel Industries Association/IISIA) Mas Wigrantoro Roes Setiyadi menyatakan hal tersebut merupakan salah satu tantangan bagi pengembangan industri baja di dalam negeri.

Tak sedikit perusahaan baja yang beroperasi di Indonesia memiliki kapasitas produksi yang relatif rendah dan tersebar pada berbagai wilayah. “Akibatnya, skala bisnisnya menjadi tidak ekonomis. Perusahaan baja itu economic scale-nya mesti besar, mestinya bisa didorong agar lebih banyak merger & acquisition,” ujarnya kepada Bisnis.com, belum lama ini.

Pemerintah, ujarnya, dapat mendorong dengan menetapkan regulasi tertentu. Menurutnya, pemerintah China bahkan lebih konservatif mendorong integrasi pabrikan baja dengan menutup pabrik yang memiliki kapasitas di bawah 5 juta ton.

“Kalau terus-terusan berskala kecil akan kalah saing dengan impor. Mesti didorong agar bisa saling berkonsolidasi satu sama lain menjadi besar dan skala bisnisnya menjadi ekonomis,” ujarnya.

Mas Wigrantoro berharap pemerintah mendorong agar pabrikan mengintegrasikan lini bisnis dari hulu hingga ke hilir. Dengan demikian, ujarnya, industri dapat meningkatkan daya saing secara kumulatif.

Permintaan baja pada tahun ini diperkirakan mencapai lebih dari 13,5 juta ton, naik 7% lebih tinggi dari permintaan pada tahun lalu.

Sebelumnya, Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan, yang ditemui seusai musyawarah nasional Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (Indonesian Iron and Steel Industry Association/IISIA) pada Rabu (15/11/2017), mengatakan pengerjaan infrastruktur yang masif mengerek pertumbuhan kebutuhan baja. Tahun lalu, realisasi permintaan baja nasional mencapai 12,67 juta ton.

Salah satu tantangan bagi pabrikan baja domestik adalah defisit kapasitas untuk memasok seluruh permintaan karena kapasitas terpasang industri baja di dalam negeri masih jauh berada di bawah angka permintaan. Hasilnya, separuh permintaan nasional pada tahun lalu dipenuhi dari impor.

Demand baja di Indonesia masih lebih tinggi dibanding kemampuan supply-nya,” ujarnya.

Ketidakseimbangan permintaan dengan kapasitas tersebut mesti segera diatasi. Menurutnya, industri baja perlu terus meningkatkan kapasitas untuk memenuhi kenaikan permintaan baja di dalam negeri setiap tahun.

“Jangan sampai negara kita cuma nyaman menjadi trader ketimbang manufacturer. Permintaan baja yang menguat jangan membuat kita bergantung terhadap impor,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ratna Ariyanti
Terkini